Monday, September 19, 2011

Seminar sehari HKBP Pondok Gede: Sehati dulu baru kemudian sepikiran

JAKARTA, (Tubas) – Kerukunan sebagai suatu sarana, berarti kesatuan hati. Sehati dulu baru kemudian sepikiran. Pluralisme atau keberagaman merupakan suatu keniscayaan dalam hidup bersama. Kita terlahir dalam realitas kebersamaan yang penuh perbedaan.

Untuk bisa hidup bersama dalam keberagaman itu, diperlukan sikap pluralis, yaitu keterbukaan terhadap realitas yang berbeda dan terus-menerus berusaha berdialog dengan yang berbeda sehingga tercipta kondisi hidup bersama yang harmonis, selaras dan seimbang.

Demikian dikatakan Romo B Hari Susanto, Pr., dalam makalahnya berjudul “Kerukunan Hidup Beragama” pada seminar sehari bertajuk “Kerukunan Umat Beragama di Indonesia” yang diselenggarakan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Ressort Pondok Gede, Bekasi, di aula gereja tersebut, Sabtu (10/9) lalu. Seminar tersebut diselenggarakan dalam rangka Jubileum 150 tahun HKBP. Selain itu, tampil juga sebagai pembicara Pdt Gomar Gultom, Sekretaris Umum (Sekum) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Romo Hari Susanto selanjutnya membeberkan pluralitas dari tradisi dan budaya keagamaan. Dikatakan, pluralisme bukan hanya terdiri dari keanekaragaman, melainkan ikatan penuh daya dengan keberagaman itu. “Di masa kini, keberagaman keagamaan merupakan suatu pemberian, sementara pluralisme merupakan sebuah pengelolaan,” katanya.

Dikatakan, pluralisme bukanlah hanya toleransi, melainkan pencarian aktif terhadap pemahaman lintas garis perbedaan. “Toleransi adalah sebuah kebutuhan akan keutamaan publik, untuk mengetahui sesuatu sama lain,” katanya lagi. Pluralisme juga bukan relativisme, melainkan pertemuan berbagai komitmen. Itu berarti memegang teguh perbedaan-perbedaan yang paling dalam, dalam hubungan satu sama lain, katanya.

Ditambahkan, pluralisme tumbuh atas dasar dialog. Bahasa pluralisme adalah bahasa dialog, memberi dan menerima, kritik dan autokritik. “Dialog mengandaikan kedua pihak berbicara dan mendengarkan, dan dengan demikian menyertakan pemahaman umum maupun per bedaan-perbedaan yang nyata,” ujar Romo yang bertugas di TNI AU itu.

Sekum PGI Pdt Gomar Gultom mengatakan, sudah sejak zaman dulu Indonesia memang adalah masyarakat majemuk. Itu kenyataan sejarah yang tak terbantahkan. “Sejak berdirinya Republik Indonesia, para pendiri (founding fathers) sudah mencanangkan bhinneka tunggal ika, Pancasila rumah kita, dan UUD 1945 menjamin kebebasan beragama,” katanya.

Namun, katanya, belakangan tampak gejala tergerusnya nilai-nilai toleransi, Pancasila terpinggirkan. Dalam situasi itu, tampak negara abai dan ditambah lagi mengejalanya ketidakpastian hukum. Hal itu dapat menjadi ancaman serius bagi kerukunan umat beragama, katanya.

Dikatakan, kehadiran gereja di tengah dunia harus membawa penebusan. Artinya, yang lama diperbarui, yang buruk diperbaiki, yang bengkok diluruskan, yang lemah diberdayakan. Itulah daya penebusan dari Kristus.
“Gereja harus ikut berbicara tentang sosial ekonomi. Gereja harus mendesak hati nurani manusia. Keterlibatan sosial merupakan bagian dari pewartaan gereja,” katanya.
Rangkaian Acara

Seminar tentang kerukunan ini merupakan seminar ketiga yang diselenggarakan HKBP Ressort Pondok Gede dalam merayakan Jubileum 150 Tahun HKBP. Sebelumnya diselenggarakan seminar bertema “Adat dan Kekristenan” serta “Pendidikan dan Pembinaan Generasi Muda”.

Menurut Ketua Umum Panitia Pdt Tumpak Siahaan STh., belum lama ini, selain seminar beragam pula acara yang diselenggarakan dalam rangkaian perayaan jubileum yang dimulai Juni 2011 dan berakhir November mendatang. Tidak kurang dari 150 mata acara diselenggarakan, baik itu yang bersifat perlombaan maupun nonperlombaan. Acara yang bersifat perlombaan berupa olahraga (dengan berbagai cabang), seni budaya, dan kerohanian. Sedang yang nonperlombaan, antara lain, pameran, seminar/diskusi, evangelisasi, dan konser musik.

Berbagai cabang olahraga dipertandingkan sejak Juni. Beragam pertunjukan dan atau eksibisi digelar, yang melibatkan kelompok anak-anak, pemuda, dan orangtua. Di antaranya digelar pameran otomotif, pasar tradisional, pameran seni budaya, konser musik, pergelaran mini teater, dan beragam lagi.

Tumpak Siahaan mengatakan, penyelenggaraan banyak mata acara ini dalam rangka lebih meningkatkan persahabatan dan persaudaraan. Acara dikemas secara menarik dan waktunya ditetapkan sore hari setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu. Puncak perayaan akan diselenggarakan pada 13 November mendatang dirangkaikan dengan HUT ke-32 HKBP Pondok Gede.

0 comments:

Post a Comment