Saturday, September 10, 2011

Dilakukan Tanpa Kesadaran

By: Imanuel Kristo

Biasanya segala sesuatu yang kita lakukan, senantiasa kita sadari, bahkan kita sadari dengan sungguh-sungguh. Karena semua yang kita lakukan harus dipersiapkan. Kita mempersiapkan rencananya, kita mengatur cara melakukannya, kita juga mungkin mempersiapkan second planing jika rencana awal itu gagal. Itu adalah standar bagi sebuah pemenuhan keinginan dan mimpi kita. Itulah yang membuat kita berbeda dengan makhluk-makhluk lain pada umumnya, karena di samping perilaku spontan yang kita lakukan, toh ada lebih banyak pola sikap dan pola laku yang terencana.

Saya mengajak kita untuk berefleksi tentang salah satu keutamaan yang ingin kita gapai. Sebuah pola sikap dan pola laku yang ingin kita miliki dalam hidup kita. Keutamaan itu adalah kerendahhatian, salah satu karakter yang jika diberlakukan dalam hidup, kita akan menghasilkan kebahagiaan, baik bagi kita maupun bagi sesama kita. Kerendahan hati akan membuat pelakunya menjadi pribadi yang disukai banyak orang. Karena:

Hanya orang yang rendah hatilah yang bersedia tersenyum dengan tulus kepada banyak orang, tanpa berpikir untuk mendapatkan balasan dari senyum yang diberikannya.
Hanya orang yang rendah hati yang dengan senang hati menegur terlebih dahulu kepada banyak orang tanpa berpikir tentang kepantasan karena alasan kedudukan dan jabatan, strata sosial, dan kepemilikan.
Hanya orang yang rendah hati yang bersedia mengulurkan tangan terlebih dahulu untuk memberi maaf, sebelum orang lain mempersoalkan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Hanya orang yang rendah hati yang rela mendengarkan dengan simpati dan empati lebih daripada berkata-kata, sekalipun dirinya memiliki kesempatan dan kompetensi, karena orang yang rendah hati senantiasa menghormati pendapat banyak orang.
Hanya orang yang rendah hati yang bersedia menerima kritik dan masukan tanpa sikap defensif karena pribadi yang rendah hati tidak pernah merasa dirinya sebagai pribadi yang paling benar.

Akan tetapi, yang harus kita ingat adalah: kerendahhatian itu adalah sesuatu yang paradoksal. Jika seseorang merasa dirinya cukup rendah hati, karena merasa melakukan apa yang menjadi indikator kerendahhatian, maka sesungguhnya ia bukanlah pribadi yang rendah hati.

Namun, ia adalah pribadi yang tinggi hati. Seorang pribadi yang rendah hati adalah seorang yang sama sekali tidak pernah merasa dan menganggap dirinya rendah hati, karena kerendahhatian itu bukanlah sesuatu yang diakui dibenarkan karena dipromosikan. Seorang yang rendah hati selalu merasa bahwa dirinya tidaklah sempurna. Pribadi yang rendah hati akan merasa risih ketika orang lain menghargainya secara berlebih. Pribadi yang rendah hati senantiasa berusaha untuk menjadi wajar dan manusiawi. Sekiranya ia mampu membuat prestasi karena peluang yang ada di hadapannya, maka ia tidak akan begitu saja mengambilnya demi untuk dirinya sendiri,. Tetapi ia akan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mencobanya. Kalaupun ia berhasil membuat prestasi yang membuat dirinya layak dihargai, maka ia selalu saja melibatkan orang lain dalam keberhasilannya. Karena pribadi yang rendah hati senantiasa merasa bahwa keberhasilannya tidak lepas dari peran dan kontribusi banyak orang terhadap dirinya.

Akhirnya, kejar dan upayakanlah kerendahhatian di dalam hidup yang kita jalani, tanpa harus berpikir bahwa kita sudah dan akan mendapatkannya. Jika kita merasa diri sudah dan akan mendapatkan kerendahan hati, maka sesungguhnya kita sedang semakin menjauhkan diri dari kerendahhatian yang sesungguhnya.

Berusahalah mendapatkan kerendahhatian, sebagaimana seorang yang sedang tenggelam dan membutuhkan udara untuk membuat dirinya tetap hidup. Ia akan berusaha dan meronta agar dapat naik ke permukaan demi memenuhi paru-parunya dengan sebanyak mungkin udara.

Selamat berjuang dan berusaha untuk menjadi rendah hati.

Sumber: Majalah Bahana, November 2009

0 comments:

Post a Comment