Monday, September 12, 2011

Cinta Membuat Cantik

By: Oleh: Imanuel Kristo

Siang itu saya bersama istri berencana untuk makan siang di sebuah mal. Kami berjalan santai menikmati suasana mal yang nyaman di tengah teriknya matahari di luar. Pandangan kami terus berkeliling mengamati berbagai tampilan yang dapat kami jumpai. Suasana di dalam sama sekali tidak menyiratkan krisis dan keprihatinan di tengah-tengah beragam bencana yang menghantam sebagian dari negeri ini. Hilir mudik orang di dalam mal menjadi kenikmatan sendiri untuk diperhatikan, dari sanalah saya semakin menyadari bahwa setiap pribadi itu unik. Tidak pernah ada pribadi yang sama, setiap pribadi adalah khas: tidak pernah ada ’the second Imanuel Kristo’ ataupun ’the second...’ yang lainnya.

Di tengah asyiknya menikmati ’pemandangan’ di dalam mal, tiba-tiba istri saya minta izin untuk mencari kamar kecil. Karena itulah saya harus menghentikan langkah dan mencari tempat duduk sekadar menunggu sambil mengistirahatkan kaki. Saat saya memperhatikan orang yang lalu-lalang, tiba-tiba mata saya tertuju pada seorang gadis yang tampak begitu cantik dan anggun. Rambutnya tergerai sebatas pundak dengan t’shirt warna putih yang pas di badannya serta celana jean ketat yang memperlihatkan jenjang kedua kakinya. Dia berjalan ringan dengan sepatu casualnya, wajahnya tampak segar menyiratkan pesona gadis muda yang ceria.

Mata saya mengikuti geraknya dengan penuh kerelaan: sungguh mahluk Tuhan yang cantik untuk dipandang. Namun sebelum saya semakin larut dalam keterpesonaan itu, perhatian saya segera berpindah ke arah istri saya yang berjalan menghampiri saya. Langkahnya berbeda dengan gadis muda tadi, tampilannya juga tidak sama. Tetapi ia adalah istri saya, tetap cantik di mata saya karena saya mencintainya dan ia pun mencintai saya. Ya...cintalah yang membuatnya cantik, cinta adalah kekuatan yang mampu mengubahkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena cinta selalu melampaui batas-batas kemanusiaan kita, cinta juga melampaui semua yang tampak rasional.

Sebuah puisi sederhana saya sitir dari salah satu buku yang saya baca: “bukan titik yang menyebabkan tinta; tetapi tintalah yang menyebabkan titik. Bukan cantik yang menyebabkan cinta tetapi cintalah yang menyebabkan cantik”

Jika mata kita dipenuhi oleh cinta maka mata kita akan mampu menikmati kecantikan dari orang yang kita cintai. Jika hati kita dipenuhi cinta maka diri kita akan dipuaskan oleh banyak hal yang cantik dan indah. Oleh karena itu jika kita tidak lagi dapat memandang kecantikan orang-orang yang Dia anugerahkan bersama dengan kita maka pertama-tama periksalah cinta yang ada di dalam hati dan diri kita. Jika mata dan hati kita dipenuhi cinta maka yang kita dapati adalah semua yang indah, dan semua yang baik dari mereka yang di dalamnya cinta itu kita dedikasikan.

Jika mata dan hati kita dipenuhi cinta terhadap sesama, maka dunia ini akan tampak jauh lebih indah. Kita selalu akan dapat menghargai siapa pun karena cinta yang kita arahkan kepada mereka. Berarti tidak ada lagi perendahan dari satu pribadi kepada pribadi lainnya hanya karena penampilan lahiriah, tidak ada lagi perendahan dari pribadi yang satu dengan pribadi yang lain karena ukuran kuantitatif. Semua menjadi tampak cantik.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah: cinta itu bukan melulu perasaan tetapi cinta itu juga kata kerja. Oleh karena itu cinta selalu membuat kita yang merasakannya selalu menjadi pribadi yang pro aktif. Cinta hanya bisa kita rasakan dan nikmati, jika kita memiliki keberanian untuk mencintai dengan sungguh-sungguh. Cintailah dengan sungguh, maka kita pun akan semakin kaya dengan cinta. Seberapa banyak kita mencintai, maka sebanyak itu pulalah kita akan menikmati keindahan cinta. Setelah itu tunggulah mukjizat cinta yang mampu mengubahkan diri kita menjadi lebih indah. Selamat mengembangkan dan mempraktikkan cinta.

Sumber: Majalah Bahana, Desember 2009

0 comments:

Post a Comment