Monday, September 12, 2011

Kekuatan Belas Kasihan

By: DR. Jakoep Ezra, CBA, CPC

Belas kasihan menggerakkan suatu kekuatan tindakan
Belas kasihan merupakan realita kehidupan yang tidak bisa diabaikan. Ia merupakan sikap yang diteladani oleh Kristus. Diawali dengan rasa belas kasihan, dilanjutkan dengan suatu tindakan nyata dan mukjizat. Belas kasihan Yesus sudah membawa dampak dan pemulihan yang luar biasa. Tapi mengapa sikap belas kasihan kita semakin gersang dan luntur?

Belas Kasihan
Ada sebuah cerita yang sangat terkenal tentang belas kasihan. Mengenai orang Samaria yang menolong seorang Ibrani yang telah dirampok dan sedang terluka. Dalam kisah ini, Yesus menggambarkan bahwa belas kasihan tidak dibatasi oleh perbedaan ras, tradisi atau status sosial. Belas kasihan bebas dari rasa pamrih dan kepentingan pribadi.

Mungkin kita teringat lagu jadul berjudul Kasih Ibu. Sebagian liriknya berkata begini, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Sinar mentari terus memancar dan menopang kehidupan di dunia ini. Setidaknya demikian seharusnya belas kasihan tetap mewarnai kesaksian dan keteladanan hidup kita.

Membuka Pintu Surga
Belas kasihan membuka pintu surga. Tuhan menunjukkan kemurahan-Nya tidak hanya kepada kita, tetapi juga melalui kita. Jika kita melakukan sesuatu dengan didasari belas kasihan, maka ada kuasa yang bekerja atas kita.

Belas kasihan bukan sekadar rasa prihatin atau bersikap simpati. Belas kasihan juga tidak pamrih dan memperhitungkan untung ruginya. Belas kasihan itu murni dan didasari oleh kasih yang tulus. Yang harus diperhatikan adalah, apakah upaya dan jerih lelah kita itu sudah tepat sasaran, tepat waktu dan tepat cara?

• Mengembangkan Sikap yang Benar
Bunda Teresa selama hidupnya dikenal sebagai ibu bagi kaum miskin di India. Ia memenuhi apa yang menjadi panggilan pelayanannya. Ia membangun komunitas biarawati yang melayani kaum papa di India. Bunda Teresa memberi ilham bagi banyak orang untuk melakukan kebajikan. Kekuatan apa yang bekerja dalam diri bunda Teresa? Belas kasihan.

Sebenarnya karakter belas kasihan seperti sumber mata air yang tak bisa habis. Namun bisa digerogoti oleh sikap pamrih atau sebaliknya seringkali dimanfaatkan secara manipulatif. Itu yang membuat kita akhirnya enggan mengembangkan sikap berbelas kasih kepada sesama. Tidak heran jika Alkitab berkata, bahwa di akhir zaman ini kasih semakin tawar.

Belas kasihan lahir dari hati yang meresponi kebutuhan mendalam dari orang lain. Menunjukkan kemurahan dan memberi pertolongan untuk menghindarkan seseorang dari kesulitan yang mendesak, penderitaan atau bencana. Bagaimana mengembangkan hati yang berbelas kasihan?

• Mampu melihat dan membedakan kebutuhan mendalam dan mendesak
Belas kasihan lahir dari hati nurani yang tersentuh oleh kebutuhan dan penderitaan orang lain. Belas kasihan merupakan respons atas permintaan tolong dan permohonan yang sungguh-sungguh bukan yang bersifat manipulatif. Karena kasih itu tidak sekadar berkurban atau menolong tetapi juga membangun dan mendidik.

• Fokus pada kasih karunia Tuhan yang diberikan kepada kita
Belas kasihan membuka pintu surga. Kita merupakan perwakilan Tuhan di dunia untuk menyatakan kemurahan dan karuniaNya. Belas kasihan selalu bekerja melalui apa yang ada pada kita, bukan yang tidak kita punyai. Kebajikan yang ditaburkan pasti akan berbuah kebajikan. Distribusi yang lancar pasti dipercayakan yang lebih besar lagi.

• Beri ruang untuk memiliki belas kasihan kepada orang lain
Kesibukan dan masalah pribadi seringkali begitu memenuhi hati dan pikiran kita, sehingga tidak ada kesempatan untuk memikirkan orang lain. Akhirnya kita menjadi egois dan hidup hanya untuk diri sendiri.

• Carilah kesempatan untuk berbuat kebajikan
Melakukan kebajikan merupakan amanat yang harus dilaksanakan. Keselamatan memang merupakan anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, tapi perbuatan baik adalah amal ibadah yang kelak mendapat pahala.

Sumber: Majalah Bahana, Januari 2010

0 comments:

Post a Comment