Friday, September 9, 2011

Tidak Masuk Surga

By: ray |

Tentang Lazarus dan orang kaya (Luk. 16:19-31), ada asumsi supaya masuk surga, seseorang harus miskin. Dasarnya adalah: 1) Lazarus duduk di pangkuan Abraham; 2) Lazarus adalah orang miskin dan digambarkan sebagai pengemis yang selalu makan remah-remah yang jatuh dari meja orang kaya; 3) Jika masuk surga, ia harus menerima segala yang buruk di dunia; 4) Orang kaya selalu berjubah ungu dan bersukaria dalam kemewahan; 5) Jika masuk alam maut, ia akan menerima segala yang baik. Jika asumsi ini benar, banyak orang berlomba-lomba menjadi miskin atau tidak mau kaya supaya masuk surga. Pendapat dan logika ini terasa janggal.

Untuk meluruskannya, ada beberapa hal yang harus dipahami. Jika dibandingkan dengan Lazarus, nama orang kaya itu tidak diketahui. Karena masalah masuk surga berkaitan dengan kitab kehidupan. Orang yang namanya tercantum dalam kitab kehidupan pasti masuk surga (band. Why. 20:22). Masih berkaitan dengan itu, antara orang kaya tersebut dan Abraham sama-sama kaya. Bedanya, nama Abraham tercantum, sedangkan nama orang kaya itu tidak. Jadi pendapat yang benar adalah nama, yang tercantum dalam kitab kehidupan, dapat diketahui. Ini tidak berkaitan dengan status sosial.

Orang kaya tidak masuk surga karena kesaksian Musa dan para nabi tidak didengarkan dan diyakini, sehingga melalui Abraham, orang kaya itu meminta Lazarus memperingatkan kelima saudaranya. Sebenarnya, Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai zaman Yohanes. Sejak itu, Kerajaan Allah diberitakan dan dimasuki banyak orang (16:16). Sesungguhnya, cerita Lazarus dan orang kaya merupakan penjelasan ilustrastratif Kristus. Dia menjelaskan bahwa orang Farisi, yang digambarkan sebagai orang kaya, telah menjadi hamba uang daripada hamba Allah. Karena itu, mereka berkata tidak terhadap Taurat Musa, kitab para nabi, Kerajaan, dan orang miskin. Buktinya, Lazarus dibiarkan mengambil remah-remah yang jatuh dari meja orang kaya. Itulah sebab-sebabnya nama mereka tidak tercantum dalam kitab kehidupan karena perbuatan-perbuatan mereka yang seperti itu.

Sumber: Renungan Malam, Oktober 2009

0 comments:

Post a Comment