Monday, September 12, 2011

Bad News Jadi Good News

By: Oleh: Imanuel Kristo

Hampir setiap hari kita selalu mendapatkan berita, media massa memberikan kepada kita aneka berita. Dari berita-berita yang menghibur dan mendatangkan kegembiraan bagi yang mendengarnya, hingga berita yang menakutkan dan menghilangkan pengharapan bagi penerimanya. Dari berita-berita yang logis dan masuk akal sampai kepada berita-berita yang aneh dan menggelikan, dari berita yang sangat penting sampai kepada berita yang menggelikan dan sama sekali tidak penting.

Setiap kita juga selalu dapat menjadi pembuat dan penyampai berita bagi sesama kita. Kita yang selalu berkata ‘tidak pandai bicara dan tidak pandai menulis’ jika diminta secara formal dapat dengan mudah menjadi seorang yang sangat pandai merangkai kata dan kalimat. Kita yang selalu merasa tidak dapat meyakinkan orang lain, selalu dapat dengan mantap memengaruhi banyak orang dengan berita kita. Semua orang selalu dapat menjadi ‘reporter dadakan’ dan ‘penyampai berita instan’. Namun, yang menjadi perhatian saya bukan pada bagian itu, yang menjadi perhatian saya adalah berita apa yang disampaikan.

Penyampaiannya baik dan memesona, membawakannya dengan semangat dan menggebu – tetapi jika isi beritanya tidak berguna dan merusak….lalu untuk apa?

Saat ini acara infotaiment selalu dapat kita nikmati kapan saja dari semua saluran televisi di rumah kita maupun di lembar-lembar surat kabar dan tabloid yang beragam. Dan yang luar biasa para wartawan untuk segmen ini selalu memiliki berita dari para pesohor negeri ini. Mulai dari para artis sampai para petinggi negeri, mulai dari pemimpin umat sampai politisi, dari mereka yang benar-benar terkenal sampai pada mereka yang numpang terkenal. Kehidupan mereka seolah di eksplorasi sedemikian rupa tanpa memikirkan rasa dan hati. Mereka betul-betul menjadi obyek berita yang menjanjikan pada para penyaji dan penikmatnya. Bagi mereka semua berita yang buruk dan tidak terlalu baik dari obyek berita justru menjadi berita yang baik bagi penikmatnya.

Dengan konsep yang demikian maka tidaklah terlalu heran jika segala bentuk kekurangan, kelemahan, dan ketidakpantasan dari para artis dan orang-orang terkenal dikemas sedemikian rupa dengan olah kata dan kalimat menjadi sajian yang menghibur banyak penikmatnya. Di tangan mereka bad news menjadi good news. Hasilnya adalah perlakuan yang tidak manusiawi dan tidak menghargai sesama, yang penting beritanya laku dan banyak orang disenangkan, tanpa terlalu peduli bahwa ada dari sesama kita yang dikorbankan. Saat itulah pendidikan negative-aktif sedang diberlakukan: di mana setiap kita menjadi pribadi yang merendahkan yang lain. Jika hal ini tidak kita sikapi dengan arif maka negeri ini akan menjadi negeri yang penduduknya tidak terlalu peduli lagi dengan penghargaan dan perasaan sesamanya. Melalui kesempatan berbagi ini saya mengajak kita untuk memaknai secara berbeda: buatlah bad news menjadi good news secara positif aktif. Untuk itu tempatkanlah sesama kita benar-benar sebagai sesama. Pandanglah mereka bukan sebagai bagian terpisah dari diri kita, tetapi sebagai bagian yang indah dari kedirian kita.

Buatlah sesama kita menjadi pribadi-pribadi yang berharga di mata kita dan di mata sebanyak mungkin orang. Berita yang tidak terlalu baik dan tidak terlalu bermakna dari sesama menjadi kesempatan bagi kita untuk berbuat sesuatu bagi mereka. Berbuat sesuatu sehingga bad news menjadi good news bagi mereka dan bagi banyak orang. Warnailah dunia kita dengan warna kasih dan perdamaian melebihi kecenderungan yang lain. Buatlah warna itu menjadi warna dominan dalam kebersamaan kita dengan orang lain. Buatlah berita dan cerita yang indah, lalu gemakanlah menjadi senandung cinta yang menyapa setiap insan yang gundah–dan nikmatilah kebahagiaannya.

Sumber: Majalah Bahana, Januari 2010

0 comments:

Post a Comment