Thursday, September 8, 2011

Utamakan yang Utama

By: Zega

Zig Ziglar adalah pembicara motivasional terkenal di Amerika. Dalam God´s Way is Still the Best Way, ia menuturkan kisah menarik yang telah mempengaruhi hidupnya. Kisah itu berasal dari seorang pebisnis andal bernama Truett Cathy. Cathy adalah pengusaha sukses berskala nasional di Amerika. Restoran Chick-fil-A adalah bukti keberhasilannya. Produk perusahaan itu dipasarkan secara luas di mal-mal, bandara, rumah sakit serta kampus-kampus. Respons pasar sangat positif sehingga perusahaan berkembang pesat. Karena kemampuannya melejitkan perusahaan, menyebabkan Cathy dihargai dan disegani banyak kalangan.

Akan tetapi, di puncak kejayaan, tantangan serius dialamatkan padanya. Bagaikan peluru yang menembus jantung musuh, demikian pula Cathy. Pusat kekuatannya, yakni iman kepada Allah diuji. Mal-mal yang selama puluhan tahun menjadi mitra bisnis memintanya membuka restoran pada hari Minggu. Dari sisi bisnis Cathy jelas diuntungkan. Anda coba bayangkan sebentar. Seandainya berada pada posisi itu, Anda mungkin segera mengambil kesempatan tersebut. Bukankah secara natural, siapa pun senang diuntungkan? Setiap orang butuh uang. Bahkan orang sering mengatakan time is money. Waktu adalah uang. Tak heran orangorang seperti ini menggunakan seluruh waktunya demi mengejar uang. Namun, Truett Cathy tidak demikian. Baginya uang bukan segalanya. Maka, tanpa keraguan sedikit pun, ia menolak membuka restorannya pada hari Minggu. Mengapa? Rupanya, ia ingin belajar mempraktikkan firman Tuhan. Ia rindu membangun bisnis berdasarkan firman Tuhan.

Kitab Keluaran memberinya inspirasi. Di sana disebutkan, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu” (Kel. 20:8-10). Berdasarkan ayat tersebut, Cathy belajar menempatkan Allah pada posisi teratas. Secara konkret firman Tuhan itu diterapkan dalam bisnis. Konsekuensinya, setiap hari Minggu restoran ditutup. Karyawan diberi kesempatan beribadah dan berkumpul bersama keluarga. Banyak orang berkomentar negative terhadap sikap Cathy. Kata fanatik dan sejenisnya sering terlontar. Namun, Cathy tidak membuang energi untuk memikirkan hal-hal negatif itu.

Menempatkan Tuhan pada posisi tertinggi berdampak luas. Dengan cara unik Tuhan memberkati perusahaan itu hingga level tertinggi. Kini, tercatat lebih dari 1.300 restoran tersebar di 37 negara bagian Amerika dan Washington D.C. Sebuah kemajuan spektakuler bersama Tuhan. Langkah Cathy yang mengutamakan persekutuan dengan Allah adalah jurus jitu yang berbuah manis. Cathy tidak mengejar keuntungan besar. Sebaliknya, keuntunganlah yang mengejar Cathy. Restoran yang diliburkan pada hari Minggu sehingga karyawan dapat beribadah adalah pilar bagi kemajuan Chick-fil-A. Cathy, keluarga, dan karyawannya menjadi saksi perbuatan Allah.

Di pihak lain, kesuksesan kerap membuat orang terlena. Namun, Cathy tidak demikian. Ia tidak lupa daratan apalagi lupa Tuhan. Ia tetap rendah hati dan bersahabat. Ia juga tidak memperkaya diri dan menumpuk harta sebagai bekal masa tua. Sebaliknya, digunakan untuk hal-hal yang berdampak. Hati yang penuh kasih mendorongnya menyalurkan 20.000 beasiswa kepada mereka yang mau belajar. Demikian pula anak-anak terlantar yang tak punya tempat tinggal, ia bangunkan rumah.

Cara hidup Cathy sungguh inspiratif. Ia senantiasa mengutamakan Tuhan dalam segala hal. Ia juga menjadikan perusahaannya sebagai ladang misi. Maka, Tuhan menyatakan rencana-Nya bagi perusahaan tersebut. Berarti, Cathy mengalami living @ the next level, menjadi sahabat Allah. Jika Cathy mengalaminya, maka Anda pun bisa. Bukankah begitu?

Sumber: Majalah Bahana, Juli 2009

0 comments:

Post a Comment