Thursday, September 8, 2011

Tujuan Akhirku

By: Jonathan Prawira

“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”
(Fil. 3:13 -14)

Para penyembah TUHAN, pernahkah Anda mengalami situasi yang membuat Anda merasa tidak akan bisa sampai ke tujuan hidup Anda?

Yang kupinta dari-Mu, urapan-Mu yang baru, sertaiku agar selalu, ada dalam terang-Mu. Sewaktu kecil, saya terpaksa harus pergi sendirian ke Palembang melalui jalan darat. Tak usah dijelaskan, sebagai anak kecil yang belum pernah bepergian jauh seorang diri, hanya berbekal alamat di secarik kertas, saya ketakutan setengah mati. Nah, pada waktu saya naik ke bus dengan tegang, Mama saya sempat membisikkan dua kalimat singkat, “Hati-hati pada orang asing. Ikutin orang yang setujuan.”

Kala kuperhitungkan, hari-hari berjalan. Ajaiblah yang Kau lakukan dalam kehidupanku. Di bus, saya duduk bersebelahan dengan seorang tentara muda. Lama memperhatikan wajah saya yang pucat pasi, tentara muda itu bertanya, “Dik, mau ke mana?” Karena sudah diperingatkan agar berhati-hati terhadap orang asing, saya pun bertanya balik, “Abang siapa? Mau ke mana?”

Sambil tersenyum, ia pun memperkenalkan diri dan menyebutkan tujuannya. Saya terkejut senang. Rupanya tujuan kami berdekatan. Apalagi ketika ia berkata, “Jangan takut, Dik. Nanti kita sama-sama cari rumahmu.” Ketakutan saya berkurang lebih dari separuhnya meskipun masih sedikit curiga. Setidaknya, tanpa sengaja saya sudah menemukan orang yang mesti saya ikuti.

Ingat kasih-Mu, sukacitaku. Ingat janji-Mu, semangatkanku. Maka selama perjalanan berjam-jam di bus itu, saya bisa ngobrol dengan santai. Mendengarkan Bang Frederick, itu namanya kalau tidak salah, menceritakan suka-dukanya menjadi tentara. Ketika malam tiba, saya pun bisa tidur dengan pulas.

Di atas feri yang menyeberangkan kami ke Lampung, saya tidak cemas lagi meskipun orang-orang berwajah seram mendekat. Tatapan mereka menyiratkan tanya, “Anak siapa ini? Kok ada pengawal pribadinya?” Jika bus berhenti di restoran untuk makan, saya tetap mengambil tempat di sebelah tentara itu. Karena saya memegang janjinya, saya akan diantarkannya.

Walaupun arah angin melawan. Namun Kau tetap tujuan akhirku. Sesampai di Palembang, si tentara tetap mengawal saya sampai menemukan alamat yang saya tuju. Setelah itu, barulah ia memisahkan diri.

Ombak yang keras takkan karamkanku. Roh-Mu selalu menegakkanku. Oleh kuasa-Mu ku tetap maju... Peristiwa tersebut menginspirasi saya. Apapun tujuan hidup kita, halangan-halangan dalam perjalanan ke sana pasti ada. Namun, selama tujuan akhir kita adalah memuliakan TUHAN, maka kita bisa tetap maju. Karena ada Roh Kudus yang pasti setujuan dengan kita ; mengawal perjalanan kita.

Sampai sekarang, nasihat Mama tetap saya pegang. Kita selalu perlu hati-hati terhadap roh-roh asing yang bisa membuat kita beralih dari tujuan semula. Kita hanya perlu mengikuti Roh Kudus, yang pasti sanggup mengantarkan kita sampai ke tujuan akhir di dunia ini maupun di surga. Salam inspirasi dari worship partner Anda.

Sumber: Majalah Bahana, Juli 2009

0 comments:

Post a Comment