Tuesday, September 6, 2011

Tentang Ketamakan

By: Prof. Roy Sembel

“ … Kata-Nya lagi kepada mereka: Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan …” (Lukas 12:15a)

Saat tulisan ini dibuat, krisis finansial sedang menggila. Nilai surat berharga di bursa efek domestik maupun internasional anjlok besar-besaran. Banyak investor kehilangan uangnya dalam tempo relatif singkat. Sebagai gambaran, nilai saham di Bursa Efek Indonesia telah jatuh lebih dari 50%, atau senilai lebih dari Rp1.000 triliun. Jumlah itu setara dengan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) Indonesia untuk tahun 2009.

Negara-negara maju terpaksa menyiapkan beberapa triliun dollar AS (setara dengan beberapa puluh ribu triliun rupiah) untuk program penyelamatan ekonomi dunia. Komitmen puluhan ribu triliun rupiah itu pun belum memperlihatkan hasilnya. Tekanan penurunan harga aset finansial tetap besar. Banyak pengamat ekonomi dan keuangan sepakat bahwa ketamakan adalah penyebab utama kenaikan harga yang sangat besar sebelum jatuh kembali tak kalah dahsyatnya.

Penyaluran kredit perumahan menjadi jor-joran karena agen penyalurnya hanya memikirkan komisi yang akan diterimanya dari penyaluran kredit, tanpa peduli pinjaman tersebut akan mampu dikembalikan oleh peminjamnya atau tidak. Itu semua dilandasi oleh ketamakan yang menghancurkan. Akibatnya, kredit macet menggunung dan menimbulkan krisis finansial dunia yang sangat parah.

Tentang ketamakan ini, saya jadi teringat sebuah film berjudul WallStreet yang dibintangi oleh Michael Douglas dan Charly Sheen. Dalam film tersebut, Michael Douglas berperan sebagai Gekko, seorang investor yang sangat kaya dan terkenal tamak dan tak peduli perasaan orang. Dalam sebuah pidato di depan sebuah rapat umum pemegang saham, Gekko mengungkapkan kalimatyang banyak dikutip sebagai pernyataan yang sangat populer di dunia finansial: "... Greed, for lack of better words, is good ... Greed, in all of its forms, greed for life, for money, for love, and knowledge, has marked the upward surge of mankind ...” Inti dari pernyataan yang menyesatkan itu adalah bahwa tamak dalam segala bentuknya adalah baik dan membawa kemajuan terhadap kehidupan umat manusia.

Tuhan telah memperingatkan manusia tentang bahaya ketamakan. “… Kata-Nya lagi kepada mereka: Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan …” (Lukas 12:15a). “... Siapa loba akan keuntungan gelap mengacaukan rumah tangganya ...” (Amsal 15:27a).

Hal ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh berbisnis atau berinvestasi untuk mendatangkan keuntungan. Perumpamaan tentang hamba yang dipercaya dengan 5 talenta, 2 talenta, dan 1 talenta mengilustrasikan bahwa bekerja keras dan cerdas untuk mendapat keuntungan adalah baik, bahkan wajib dilakukan (hamba dengan 1 talentayang tidak memanfaatkannya dihukum karena melakukan kesalahan, yaitu tidak berusaha). Yang tidak baik adalah kalau kita terlalu berfokus kepada uang dan melupakan bahwa uang adalah alat untuk kita menjalankan misi menjadi duta Kerajaan Allah di dunia ini, dengan mewujudkan kasih terhadap Tuhan dan sesama manusia. Sebaliknya, firman Tuhan secara eksplisit mengingatkan, bahwa ketamakan, yang merupakan wujud dari cinta akan uang, merupakan akar dari segala kejahatan (1 Tim. 6:10), namun kasih menutupi segalanya. Tuhan telah memberi teladan dengan membuktikan kasih-Nya kepada manusia, menjelma menyerupai manusia lahir ke dunia untuk menebus dosa manusia.

Anda ingin masa depan yang lebih baik? Berusahalah sesuai dengan pedoman firman Tuhan! Isi hidup Anda dengan kasih dan hindari ketamakan!

Sumber: Majalah Bahana, Desember 2008

0 comments:

Post a Comment