Tuesday, September 6, 2011

Proses feedforward

By: Prof. Roy Sembel

“ … TUHAN membimbing orang di jalan yang harus ditempuhnya, Ia meneguhkan orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya …” (Mazmur 37: 23)

Menjelang akhir tahun, perusahaan menengah dan besar umumnya mengadakan ritual penilaian terhadap kinerja pegawai. Penilaian itu biasanya diperlukan untuk menentukan bonus kinerja yang akan dibagikan di akhir tahun, kenaikan pangkat, atau bisa juga sebaliknya, sebagai dasar untuk pemutusan hubungan kerja. Bagian penting dari penilaian adalah pertemuan evaluasi untuk memberikan feedback kepada para pegawai tentang kinerja mereka sepanjang tahun berjalan. Feedback diberikan agar mereka sadar akan kekurangan dan kekuatan masing-masing.

Meskipun tujuannya baik, sering kali pemberian feedback menyebabkan gesekan perasaan. Pasalnya, pemberi feedback menjadikan sesi itu sebagai tempat formal untuk memberondong kesalahan si pegawai, dan pegawai yang diberi feedback merasa tersinggung, bahkan marah, sehingga bersikap defensif. Untuk mencegah feedback dipersepsikan sebagai penyerangan pribadi, diusulkan agar feedback difokuskan kepada tugas/jabatan, bukan orang. Hasilnya masih kurang membantu karena orang dan tugas/ jabatan sering telah menyatu.

Belajar dari pengalaman buruk tersebut, para pakar perilaku organisasi dan psikolog industri mengeluarkan gagasan tentang feedforward. Berbeda dengan feedback yang lebih menekankan penilaian masa lalu, feedforward lebih berfokus pada perbaikan di masa depan. Perbedaan berikutnya adalah, dalam feedback, orang yang diberi saran lebih cenderung bersifat pasif menunggu diberi saran. Sebaliknya, dalam feedforward, si penerima saran justru berusaha proaktif mencari masukan.

Proses feedforward dimulai dengan kita menanyakan kepada keluarga, kerabat, rekan kerja, bawahan, dan atasan kita tentang apa yang bisa kita lakukan di masa depan untuk memperbaiki diri, baik personal maupun secara profesional.

Setelah menerima masukan awal, kita harus memilih satu perilaku (yang paling sering muncul dalam usulan yang masuk) yang kita prioritaskan untuk diperbaiki di masa depan. Selanjutnya, kita datang kembali kepada orang-orang yang telah memberi masukan untuk memberi tahu mereka bahwa berdasarkan masukan mereka, kita akan berfokus pada satu perilaku yang akan kita perbaiki, dan meminta bantuan mereka untuk mengingatkan kita tentang resolusi atau tekad kita tersebut.

Secara teratur (misalnya sebulan sekali), kita secara proaktif menjadwalkan pertemuan dengan 2 atau 3 orang terdekat kita untuk memeriksa kemajuan kita sehubungan dengan perilaku yang sedang menjadi prioritas untuk kita perbaiki.

Dengan menjalankan proses feedforward ini, kita akan mendapat banyak masukan jujur dan berharga. Pada saat bersamaan, kita tidak akan merasa dihakimi. Orang-orang di sekitar kita pun akan merasa bahagia bisa membantu kita menjadi orang yang lebih baik.

Satu hal yang penting, yaitu feedforward yang sukses dimulai dengan niat kita untuk memperbaiki diri. Menjelang peralihan tahun, sudah saatnya bagi kita mempertimbangkan memulai proses feedforward untuk menjadi lebih baik di tahun mendatang. Tetapi, di atas semua itu, yang paling penting adalah feedforward untuk menanyakan langsung kehendak Tuhan.
“ … TUHAN membimbing orang di jalan yang harus ditempuhnya, Ia meneguhkan orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya …” (Mzm. 37: 23).
“ … Aku akan menunjukkan jalan yang harus kautempuh, engkau akan Kubimbing dan Kunasihati …” (Mzm. 32:8)
Anda ingin masa depan yang lebih baik? Silakan mencoba feedforward! Salam WISDOM!

Sumber: Majalah Bahana, November 2008

0 comments:

Post a Comment