Tuesday, September 6, 2011

Percaya lalu Bertindak

By: Prof. Roy Sembel

“...Benih yang jatuh di jalan ibarat orang-orang yang mendengar perkataan itu. Tetapi Iblis datang dan merampas kabar itu dari hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.” (Lukas 8:12)

Alkisah ada seorang pendaki gunung yang mencoba menaklukkan gunung tinggi di suatu negara kondang. Singkat cerita, setelah melakukan persiapan mulailah ia mendaki gunung itu. Saat berada di sebuah tebing yang cukup terjal, cuaca mendadak berubah menjadi gelap dan badai salju mulai turun. Jarak pandang menjadi sangat pendek bahkan jari tangan sendiri sulit terlihat.

Karena gelap, si pendaki gunung salah memilih pijakan dan jatuh terpeleset. Untungnya, beberapa detik setelah melayang jatuh, jangkar kait di ujung tali yang terikat di badan si pendaki tersangkut pohon dan semak yang tumbuh di tepian tebing curam tersebut. Si pendaki pun tergantung di udara bebas pada tali sepanjang kira-kira 20 meter tersebut.

Saat mencoba memanjat tali tersebut, terasa bahwa tambatan tempat jangkar pengait tali tersebut tidak stabil. Cuaca yang demikian gelap membuat mustahil untuk mengetahui situasi di atas maupun di bawah tempat si pendaki bergantung. Jadi, si pendaki memutuskan untuk diam bergantung di udara bebas.

Ia pun berteriak minta tolong. Tentu saja, karena berada di daerah yang tak berpenduduk, tak ada orang yang mendengar suaranya. Si pendaki berteriak putus asa: ”Adakah Tuhan di atas sana yang bisa menolong saya?”

Rupanya Tuhan merasa iba mendengar teriakan si pendaki gunung. Tuhan pun menjawab: ”Anak-Ku, apa yang kau inginkan Aku lakukan untukmu?” Si pendaki gunung kaget campur heran mendengar suara itu. Ia bertanya: ”Siapa yang berkata itu?”

Tuhan menjawab: ”Aku Tuhan yang menjawab doamu.” Si pendaki berteriak gembira: ”Tuhan selamatkan saya dari situasi ini.” Tuhan kembali menjawab: ”Asal engkau percaya dan melaksanakan yang Aku perintahkan, Aku akan selamatkan engkau.” Tanpa pikir panjang si pendaki menjawab: ”Saya percaya Tuhan. Apa perintah-Mu?”

Tuhan memerintahkan si pendaki untuk memotong tali tempat ia bergantung. Sampai di sini si pendaki kebingungan dan mendebat Tuhan: ”Wah Tuhan, kalau tali dipotong, saya jatuh dan mati dong.” Si pendaki tidak melakukan perintah Tuhan, dan tetap berpegang erat pada tali tempat ia tergantung melayang di udara.

Badai salju berlangsung selama 1 hari 1 malam. Si pendaki akhirnya meninggal dunia membeku tergantung pada seutas tali dengan tangan tetap memegang erat tali tersebut. Saat badai mereda, tim pencari menemukan mayat pendaki yang tergantung membeku. Ironisnya, ternyata mayat si pendaki tergantung hanya sekitar 1 meter di atas tanah datar.

Sering kali kita telah berdoa dan mendengar jawabannya lewat firman Tuhan. Kendati begitu, kita tidak mau dengar-dengaran terhadap perintah Tuhan bahkan mengajari Tuhan agar menggunakan cara dan pikiran kita sendiri.

Pesan dari cerita inspiratif yang beredar di internet tentang pendaki gunung di atas adalah: Tuhan tahu jalan terbaik untuk menolong kita. Jadilah pendengar dan pelaku firman Tuhan. Salam WISDOM!

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2008

0 comments:

Post a Comment