Thursday, September 8, 2011

Pemaknaan dengan Iman Kristiani

By: Prof. Roy Sembel

“...Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!...” (Bilangan 13:30b)

Mata adalah jendela hati. Dari mata bisa datang kebaikan dan kejahatan. Apa yang dilihat oleh mata dan citra (image) yang direkam oleh otak bisa berpengaruh besar terhadap hati dan pikiran kita. Obyek yang dilihat mata bisa sama, namun citra yang direkam oleh otak bisa berbeda tergantung kerangka pikir yang digunakan subyek dalam memaknai obyek tersebut.

Sebagai contoh, di atas meja ada sebuah gelas berkapasitas 500 mililiter berisi air 250 mililiter. Bagi satu orang, obyek itu akan dimaknai sebagai gelas setengah penuh, sementara bagi orang lain gelas itu setengah kosong. Jadi, rupanya bukan mata secara fisik yang penting, tetapi citra yang dilihat dan diinterpretasikan oleh otak yang mempengaruhi kesimpulan yang muncul.

Pemaknaan terhadap obyek atau fakta yang diamati tergantung pada banyak hal, di antaranya adalah budaya, pengalaman, pendidikan, agama, dan situasi emosi. Bagi sebagian besar orang, menggelengkan kepala dimaknai sebagai ketidaksetujuan. Sebaliknya, oleh banyak orang di India misalnya, menggelengkan kepala justru dimaknai sebagai persetujuan.

Bagi investor pemula, jatuhnya harga-harga surat berharga, khususnya saham, di pasar finansial akibat krisis ekonomi merupakan fenomena yang mengerikan. Investasi saham langsung dicap sebagai investasi yang tidak baik. Sebaliknya, bagi investor berpengalaman yang berpikir jangka panjang, jatuhnya harga saham secara drastis merupakan peluang investasi yang sangat baik dan jarang terjadi.

Fenomena gerhana matahari oleh beberapa suku ditakuti dan dimaknai sebagai matahari dimakan oleh raksasa sehingga raksasa itu perlu diusir dengan bunyi kentongan bertubi-tubi.

Sebaliknya, bagi peneliti astronomi, fenomena gerhana matahari justru dicari dan dikejar untuk dipelajari.
Bagi orang yang anti-kekristenan, kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib dimaknai sebagai titik lemah iman Kristen. “Tuhannya orang

Kristen kalah”, atau “Tak mungkin Tuhan bisa mati!” Sebaliknya, bagi kita orang percaya, kematian Tuhan Yesus yang diikuti dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga adalah titik kekuatan iman Kristen.

Pemaknaan dengan Iman Kristiani
Dua belas mata-mata Israel yang dikirim oleh Musa untuk mengintai Tanah Perjanjian Kanaan melihat fakta yang sama. Kendati begitu, 10 dari 12 pengintai tersebut pulang dengan membawa kabar buruk (“...Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami...” - Bil. 13:33).

Sementara 2 pengintai (Yosua dan Kaleb) justru menjadi sangat takjub dan gembira atas anugerah Tuhan yang telah disediakan bagi mereka di depan mata (“...Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!...” - Bil.13:30b. “... Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya...” - Bil. 14:7b).

Yosua dan Kaleb memaknai fakta yang dilihat dalam kacamata iman dan kepatuhan kepada Tuhan dan ketetapan-Nya. Merekalah yang akhirnya terpilih untuk masuk ke dalam Tanah Perjanjian Kanaan. Sepuluh pengintai dan semua orang Israel dewasa lain yang memihak mereka, mati di padang gurun tanpa sempat menikmati Tanah Perjanjian.

Jadi, kalau Anda ingin mendapatkan berkat Tanah Perjanjian (baik secara jasmani terlebih rohani), maknai fenomena yang terjadi dalam hidup Anda dengan menggunakan kacamata iman dan kepatuhan kepada Tuhan dan ketetapan-Nya. Salam WISDOM.

Sumber: Bahana, April 2009

0 comments:

Post a Comment