Friday, September 9, 2011

Paidogogos

By: Andar Ismail, M.Th, Ph.D.

Guru sedang berdiri di depan kelas dan mendorong murid menemukan pesan yang tersirat pada sebuah alinea buku. Apa yang dilakukannya? Ia sedang mengajar. Tiba-tiba pintu diketuk seorang murid yang terlambat. Guru itu tersenyum sambil berucap sindir, “Selamat siang! Sesuai peraturan, Anda tidak boleh masuk kalau pelajaran sudah dimulai!” Apa yang dilakukan oleh guru itu? Ia sedang mendidik. Siapa yang sedang dididiknya? Seluruh kelas!
Di sini tampak perbedaan antara konsep mendidik dan mengajar. Pengajaran menyangkut proses pengalihan bahan atau pengetahuan. Pendidikan menyangkut proses pengalihan watak, kepribadian dan nilai-nilai hidup, yaitu kebenaran-kebenaran ideal yang kita junjung sebagai pedoman hidup.

Banyak orang belum membedakan konsep mendidik dan mengajar. Demikian juga antara kata pendidikan dan persekolahan (Ingg. schooling). Sebenarnya segala urusan yang menyangkut sekolah, seperti kurikulum, sistem dan 1001 peraturannya bukanlah bidang pendidikan, melainkan bidang persekolahan. Namun orang merancukan kedua kata itu. Kebanyakan lembaga yang menangani urusan sekolah menamakan diri badan persekolahan atau badan pengajaran. Memang benar, di sekolah juga terjadi pendidikan, namun bukankah justru di sekolah sering terjadi praktik yang bertolak belakang dengan jiwa mendidik, misalnya ada peraturan yang bersifat kurang mendidik atau teladan yang kurang edukatif.

Jadi, antara konsep pendidikan dan pengajaran ada perbedaan. Demikian pula dengan konsep persekolahan, pelatihan, pembinaan atau pengkaderan. Bukan perbedaan gradasi (tingkat), melainkan perbedaan aksentuasi (tekanan). Konsep-konsep itu tidak saling berlawanan, melainkan saling melengkapi sebab di antara mereka terdapat banyak aspek yang bertumpang tindih. Mendidik maupun mengajar bukanlah sebuah kegiatan tersendiri, melainkan sebuah rumpun dari sejumlah kegiatan yang masing-masing menekankan aspek tertentu.

Oleh sebab itu Alkitab menggunakan sejumlah istilah yang berbeda untuk menggambarkan kepelbagaian aspek itu. Perjanjian Lama memakai puluhan kata kerja yang berbeda untuk maksud itu. Contoh : yakach (=memarahi, menegur) di Amsal 3:12; shanan (=mengasah, mengulangi) di Ulangan 6:7 dan sakal (=menjadikan bertindak bijak) di 2 Tawarikh 30:22.

Selanjutnya Perjanjian Baru memakai belasan istilah untuk membedakan aspek-aspek dalam mengajar dan mendidik. Contoh : katecheo (=menggemakan, membisikkan) di Lukas 1:4; paideuo (=menuntun, melatih) di Kisah 22:3 dan oikodomeo (=menumbuhkan, membangun) di 1 Tesalonika 5:11.

Kepelbagaian aspek itu menunjukkan betapa luasnya pengertian mendidik dan mengajar. Mendidik dan mengajar tidak identik dengan sekolah. Walaupun guru adalah pengajar dan pendidik (orang yang perilakunya bersifat mendidik!), namun pendidik yang utama adalah orangtua. Lembaga pendidikan yang primer adalah keluarga. Lembaga-lembaga pendidikan/pengajaran lainnya, misalnya sekolah, merupakan penerima mandat dari orangtua untuk melaksanakan tugas mendidik. Tidak ada pihak lain kecuali orangtua yang berhak menetapkan arah didikan dan ajaran. Pemerintah tidak berwenang campur tangan dalam hal itu, kecuali jika sekolah itu milik negara.

Pada awal abad ke-20 pemikiran yang berteori tentang segala aspek mengajar dan mendidik itu disusun sebagai ilmu yang disebut pedagogi. Orangnya disebut pedagog.

Tahukah Anda bahwa kata pedagog itu sudah dipakai sejak abad ke-1 di Alkitab? Di situ tertulis, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun (Yun. Paidagogos) bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Gal. 3:24). kata paidagogos itu berakar dari paidon (=anak) dan ago(=mengantar, menuntun).

Siapakah paidagogos atau pendidik menurut ayat itu? Tauratkah? Sebenarnya bukan. Taurat adalah pendidik yang membawa kita kepada keadaan terdidik yang sesungguhnya yaitu selamat dalam Kristus. Jadi, pendidik yang sesungguhnya adalah Kristus.

Tetapi tahukah Anda dari mana pengarang Alkitab meminjam istilah paidagogos itu? Dari orang-orang Atena. Pada zaman itu tiap anak lelaki di kota Atena mempunyai seorang paidagogos. Yang dipilih menjadi paidagogos adalah budak belian pria, bertubuh atletis dan berkepribadian mantap. Ia mendampingi anak asuhnya dari bangun pagi sehingga tidur malam. Tugasnya bervariasi dari membawakan alat musik ke sekolah sampai mengawasi anak di meja makan. Lho, mengapa diawasi? Supaya anak itu jangan terlalu banyak makan! Orang Atena sangat mengidealkan olah raga dan kebugaran tubuh. Karena itu paidagogos menjaga agar anak asuhnya tidak GP alias Gede Pipi, Gede Perut dan Gede Paha, melainkan GL alias Gile Langsingnye!

Sumber: Majalah Bahana, Oktober 2009

0 comments:

Post a Comment