Thursday, September 8, 2011

Nyalakan Roh Antusias

By: Pdm. Robby Repi, SH

“…biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11)

Entah cerita ini saya dapat dari mana. Lupa! Tapi saya begitu kagum mencernanya. Tentang perjuangan Pepsi Cola untuk survive.

Alkisah dalam persaingan soft drink di Amerika Serikat. Pepsi Cola tertinggal jauh dari Coca-cola. Bahkan Pepsi terancam bangkrut.

Sebagaimana lazimnya dalam dunia usaha, pemilik Pepsi berencana melego perusahaannya. Berbagai upaya dilakukan dan akhirnya tiba pada kesimpulan untuk menjual Pepsi Cola kepada Coca-cola.

Dari sudut ekonomi tidak ada yang salah. Dalam pikiran pemilik Pepsi, pemilik Coca-cola tentu senang bisa membeli kompetitornya dan mengurangi pesaing.

Pemilik Pepsi kemudian mendatangi perusahaan Coca-cola untuk menawarkan perusahaannya. Tapi apa yang terjadi, Coca-cola menolak untuk mengakuisisi Pepsi.

Dari situ pemilik Pepsi kembali ke pabriknya dengan perasaan terluka. Tapi tidak hanya sampai pada ”hati yang luka”. Ia mentransformasi ”terluka” itu menjadi semangat yang menyala-nyala dan membangkitkan Pepsi dari jurang kebangkrutan.

Kini Pepsi menjadi pesaing Coca-Cola yang paling ketat. Termasuk dalam memburu icon iklan. Dalam hal ini Coca-cola boleh dibilang mengerahkan kekuatan full untuk mengimbanginya. Pepsi menggaet Britney Spears sedangkan Coca-cola mengimbanginya dengan Jenifer Lopez.

Kalau kita hendak memesan softdrink di pusat saji atau layanan minuman, Anda perlu telisik lebih jauh. Bisa jadi permintaan Anda akan Coca-cola ”gagal” karena yang diberi Pepsi-cola.

Satu lagi ilustrasi bagus, meski bisnisnya tidak perlu ditiru. Majalah porno Play Boy menolak membeli konkurennya, Penthouse. Akhirnya dalam rentang waktu, ke depan, Penthouse menjadi kompetitor Play Boy yang paling berat.

Coca-cola dan Play Boy memang tidak roboh. Tapi cukup membuat keduanya sempoyongan. Kompetitor mereka adalah pesaing yang berpeluang mereka akuisisi. Tapi kini muncul sebagai kompetitor yang harus diwaspadai.

TRANFORMASI DIRI
Dari contoh di atas, perlulah kita teladani bagaimana Pepsi dan Penthouse mengubah kekecewaan dan mungkin rasa terhina menjadi semangat yang begitu menyala untuk bangkit dan akhirnya bertahan.

Kita sebagai orang Kristen memiliki roh yang luar biasa. Roh antusias. Roh yang dijanjikan Tuhan untuk dimiliki setiap orang yang percaya kepada-Nya. Roh ini harus diraih dan dimiliki.

Ada tiga hal yang dapat diketengahkan untuk dapat memiliki roh yang menyala. Pertama, disiplin. Kedisiplinan merupakan kepatuhan yang berselimutkan tanggung jawab. Ketidakdisiplinan akan membuahkan kehancuran.

Karena tidak disiplin terhadap perintah Allah, Adam dan Hawa memakan buah yang dilarang. Akibatnya, kemuliaan Allah sirna dan mereka terusir dari Taman Eden. Kita sebagai keturunan manusia pertama terpaksa menerima buah dari ketidakdisiplinan itu.

Disiplin merupakan kata kunci dari aktivitas manusia. Tentu dalam bekerja, perusahaan sangat mengharapkan disiplin dari karyawannya. Lebih luas lagi kedisiplinan dalam berinteraksi akan membawa hasil positif.

Kedua, tertib. Hidup yang tertib menginspirasi orang lain. Rangkaian disiplin dan tertib akan mengakibatkan menebalnya tanggung jawab. Tanggung jawab inilah yang menjadi tolok ukur manusia. Disamping menjadi pembeda dengan makhluk hidup lain.

Ketiga, tahan menderita. Pada tahun 2003 saya mengunjungi saudari yang menikah dengan penjual martabak. Tadinya banyak anggota keluarganya yang menentang. Menjadi pendamping penjual martabak diyakini akan membuat muram masa depan si cantik.

Tetapi keteguhan sikap dan keuletan kerja mendampingi sang suami membuahkan hasil luar biasa. Ketika berlibur ke kota mereka, saya ditemani suami isteri ini makan-makan di sebuah restorant mewah dengan diantar sebuah Honda Jazz keluaran terbaru!

Tahan menderita merupakan syarat untuk memperoleh roh antusias. Ingatlah, iman yang kokoh dibangun dari penderitaan. Rasul Paulus kepada Timotius berpesan, “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus”.

Dengan menjalankan ketiga syarat tadi, saya yakin roh antusias akan kita miliki.

Sumber: Bahana, Maret 2009

0 comments:

Post a Comment