Tuesday, September 6, 2011

Momentum Natal adalah Momentum Pembaruan Hati

By: Pdt. Julianus Nathaniel Kesek

Natal merupakan perayaan peristiwa kelahiran Tuhan ke bumi. Dia datang untuk manusia, sehingga sudah seharusnya manusia merespons dengan ucapan syukur atas kehadiran-Nya ditengah-tengah manusia.

Untuk menyikapi Natal dan menyambut tahun baru, umat Tuhan harus menyiapkan diri. Terutama persiapan secara rohani. Sebagai manusia yang terbatas, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Di situlah firman Tuhan memenuhi dahaga manusia.

Keberadaan manusia yang hidup berdasarkan firman Tuhan merupakan jarum jam penuntun eksistensi manusia. Dan eksistensi itu semata merupakan belas kasih Tuhan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, sehingga orang yang percaya pada-Nya tidak binasa, melainkan peroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16).

Belas kasih ini bermuara pada hidup yang kekal. Inilah wujud kasih Allah kepada manusia. Namun kehidupan yang kekal —tentu setelah kematian yang pertama, bukan satu-satunya pilihan. Manusia dihadapkan pada pilihan lain yaitu kebinasaan yang kekal. Manusia harus memilih: hidup kekal atau kematian kekal. Tidak ada pilihan yang lain.

Aturan Allah
Manusia yang berakal budi tentu memilih kehidupan kekal. Tapi, ini tidaklah mudah. Manusia harus mengikuti aturan yang ditetapkan Allah. Sang pemberi janji. Aturan itu memerlukan sikap tegas dan konsisten dari manusia.

Dalam perjalanan itu, manusia harus menunjukkan sikap takut akan Tuhan dengan kesetiaan, penyertaan kuasa Roh Kudus, berpedoman firman dan ketaatan. Sehingga, tujuan serta pengharapan akan hidup kekal menjadi kenyataan.

Sekali lagi, kekekalan hidup yang dijanjikan merupakan wujud kasih Allah. Kasih itu tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Natal. Peristiwa di mana Allah menjadi manusia. Melalui benih ilahi dan kuasa Roh Kudus masuk ke dalam rahim Maria. Benih itu menjadi Yesus Kristus, manusia sempurna yang sejatinya Allah sendiri. Rencana Allah menjadi manusia merupakan maksud supaya Dia dapat diterima di tengah-tengah manusia.

Penerimaan akan Allah yang menjadi manusia membuat manusia mewarisi kehidupan kekal yang dijanjikan. Semua itu terwujud karena kasih Allah. Kasih itu adalah berkat Allah untuk manusia. Karena itu, Natal jangan disalah artikan atau disalahgunakan sehingga bukan menyenangkan hati Tuhan, tetapi justru sebaliknya.

Kelimpahan Rohani
Kerap Natal dikaitkan dan ditradisikan sebagai suatu waktu di mana manusia harus menyambutnya dengan hidup wah. Yang diutamakan sisi jasmaninya. Mungkin hal ini disebabkan kebanggaan, karena kehadiran Yesus perlu disyukuri dengan segala kelimpahan. Kalau hal tersebut sesuai dengan kemampuan, tidak masalah. Akan tetapi kelimpahan yang utama adalah kelimpahan rohani. Sukacita begitu nyata dalam kehidupan.

Kelimpahan rohani itu dirasakan karena kehadiran Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Tidak ada figur lain yang dapat memberikan kelimpahan seperti yang Tuhan berikan. Karena tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang dapat menyelamatkan manusia. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia. Sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan pada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12).

Manusia harus melanjutkan kelimpahan rohani itu dengan kelimpahan lahiriah. Caranya, dengan membagikan kelimpahan yang kita rasakan kepada sesama yang belum merasakannya. Kalaupun dalam Natal kali ini, belum dapat dilakukan, jangan kecewa. Karena Natal lebih menekankan pembaharuan hati. Keberadaan hati serta kerinduan kita lebih berharga di hadapan Tuhan.

Sumber: Majalah Bahana, Desember 2008

0 comments:

Post a Comment