Tuesday, September 6, 2011

Merdeka untuk Hidup Berguna

By: Rev. Roberts Liardon

Bebas, merdeka, mendengarnya seolah-olah seribu hak ada di tangan kita untuk melakukan apa saja. Salah dan benar urusan belakang, yang penting berbuat saja. Itukah sejatinya arti kemerdekaan? Arti kebebasan? Bulan ini Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Kilas balik tentang para pahlawan yang gagah berani maju membela bangsa riuh rendah didengungkan. Para pahlawan gugur di medan perang.

Memperjuangkan merah putih untuk membebaskan Indonesia dari penjajah. Begitu keras pidato-pidato itu disiarkan; diperdengarkan ke halayak. Lantas bagaimana umat kristiani Indonesia memaknai dan menjalani kemerdekaan? Layaknya sebuah kemerdekaan, setiap individu bebas menentukan apa yang akan dipilih dan dijalani dalam hidup ini. Bahkan ketika Tuhan sudah memanggil kita untuk melakukan sesuatu hal dan kita menolaknya, itu pun pilihan.

Seperti halnya saya, sampai saat ini saya menjadi pengkhotbah. Dan ini merupakan hasil penundukan diri saya pada Tuhan sejak usia 13 tahun. Saat usia seperti itu bisa saja saya “lari” dan lebih memilih melakukan hal apa saja yang ingin saya lakukan, layaknya remaja lainnya. Waktu berjalan dalam diri saya, dan pernah terbersit menjadi seorang politikus bahkan presiden. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk tunduk pada panggilan-Nya, menjadi pengkhotbah. Bukan tak ada pilihan lain, tetapi saya tahu persis menjauh dari panggilan itu sama sekali tidak baik. Ketika saya memutuskan tunduk mengikuti panggilan-Nya, saya siap dengan semua konsekuensi yang ada. Dan saya menikmati panggilan-Nya.

Menanggapi panggilan, sekali lagi setiap orang punya hak bebas untuk memilih. Merespons panggilan-Nya atau hidup seturut kehendaknya. Tanpa aturan, tanpa batas. Seperti itukah arti kemerdekaan individu? Seharusnya setiap anak-anak Tuhan merayakan dan menikmati kemerdekaan sebagai hadiah; anugerah dari Tuhan. Kemerdekaan dalam Kristus dinikmati dengan cara meningkatkan pendidikan, untuk keluarga dan orang-orang di sekitar. Dan, lebih jauh berguna bagi bangsa dan negara. Kebebasan dalam Kristus bukanlah hidup sesuka hati dan ketika usia diujung tanduk barulah bertobat.

Kebanyakan manusia lebih memilih menggunakan kemerdekaannya untuk hal-hal yang hanya menyenangkan jasmaninya saja. Dan, kebanyakan pula manusia demikian merasa benar dengan pilihannya. Tepat seperti yang dikatakan Amsal setiap orang merasa benar dengan jalannya masing-masing. Hal di atas tersebut tidak seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan yang dewasa secara iman.

Kita seharusnya sudah tahu bagaimana memaknai kemerdekaan yang diberikan Kristus. Kemerdekaan yang Tuhan berikan adalah kebebasan kita untuk melakukan seturut dengan kehendak-Nya, bukan karena suatu keharusan atau terikat dalam belenggu aturan, tapi dengan kemerdekaan dalam hati kita, kemerdekaan untuk menjalani panggilan Tuhan. Kepada jemaat di Galatia, dengan tepat Paulus mengungkapkan hal ini. “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Gal. 5:13).

Merdeka tidak berarti bebas anpa batas—bebas tanpa aturan. Tetapi, kebebasan yang Tuhan anugerahkan dalam rangka memberi kesempatan yang luas untuk melayani-Nya. Gunakakanlah kemerdekaan yang Tuhan anugerahkan untuk mengusahakan hidup yang lebih baik. Mengusahakan kehidupan eluarga yang lebih baik atau pendidikan sebaik-baiknya. Dan, yang terpenting lagi kebebasan itu kita gunakan untuk menyenangkan hati Tuhan. Isilah kemerdekaan dengan hati nurani yang bersih—dengan takut akan Tuhan.

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2008

0 comments:

Post a Comment