Saturday, September 10, 2011

Menjadi Pemimpin yang Luar Biasa

By: James Gwee T.H., MBA

Banyak buku tentang kepemimpinan telah ditulis, dari yang sederhana sampai pendekatan komprehensif, dari yang sekuler sampai spiritual. Kita semua dapat mengenali seorang pemimpin yang luar biasa ketika kita melihat salah seorang dari mereka. Mereka terlihat mengungguli yang lain. Mereka memiliki kepercayaan diri. Beberapa orang menyebutnya karisma. Namun, karisma adalah sesuatu yang abstrak. Bagaimana seseorang “menciptakan” sebuah karisma? Apakah itu pembawaan (talenta) atau dapat dipelajari?

Apa itu kepemimpinan?
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberi inspirasi dan memengaruhi orang lain. Yaitu untuk mencapai sebuah tujuan bersama, sehingga mereka mau melakukan yang terbaik untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan.

Salah satu dari banyak pertanyaan yang sering ditanyakan dalam seminar saya adalah “Apa perbedaan antara manajer dan pemimpin?” Anda bisa ditunjuk menjadi manajer. Namun, Anda adalah seorang pemimpin, hanya jika kepribadian Anda diakui dan diterima oleh orang-orang yang Anda pimpin.

Jadi, kepemimpinan adalah cara bertindak dan bersikap, bukan sebuah perjanjian (posisi). Kepemimpinan adalah pengakuan dan penghargaan yang diperoleh. Anda dapat memaksa seseorang untuk mematuhi Anda. Anda bahkan bisa memaksa orang untuk takut pada Anda. Namun, Anda tidak dapat memaksa seseorang untuk menghargai Anda. Penghargaan harus diperoleh. Kepemimpinan adalah penghargaan yang diperoleh.

Memperoleh Penghargaan
Di samping kualitas yang biasa seperti memiliki visi yang jelas, kemampuan untuk memilih orang yang tepat untuk bekerja dalam tim, kemampuan untuk memotivasi orang-orang, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan kemampuan untuk membuat keputusan sulit di bawah tekanan, pemimpin harus memiliki nilai kepercayaan dan prinsip yang tinggi. Pemimpin yang luar biasa tampaknya memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang tepat pada waktu yang tepat. Mengapa? Bagaimana? Apakah ini insting? Untuk orang lain, kelihatannya seperti itu. Namun, para pemimpin mengikuti beberapa panduan utama yang prinsipil. Bagi mereka, apa yang baik apa yang tidak; apa yang benar dan apa yang salah, sangat jelas. Ada kalanya, saat keputusan sulit harus diambil , nilai-nilai dan prinsip ini seperti sebuah kompas yang membantu pemimpin. Walaupun keadaan ini mungkin berbeda, prinsip dan nilai yang memandu keputusan ini akan selalu konsisten.

Seorang pemimpin harus memiliki ego yang sehat
Pribadi yang memiliki ego yang sehat adalah seseorang dengan harga diri yang tinggi. Pemimpin yang tujuan utamanya membuktikan dirinya benar dan orang lain salah tidak akan memunculkan yang terbaik dari orang lain. Dalam situasi seperti ini, hubungan antara pemimpin dan bawahannya tidak akan memberi inspirasi. Dalam kasus kebanyakan, hubungan malah menjadi bertentangan. Pemimpin dengan ego yang sehat akan berpikir : Apa yang benar?

Pemimpin dengan ego yang tidak benar akan berpikir : Siapa yang benar?
Pemimpin dengan ego yang sehat akan berpikir : Apa yang harus dilakukan?
Pemimpin dengan ego yang tidak sehat akan berpikir : Apa yang harus aku lakukan supaya tidak kelihatan jelek?

Pentingnya memiliki ego yang sehat
Memiliki harga diri yang sehat atau tidak sehat akan memberi efek mendalam di setiap aspek keberadaan Anda, termasuk bagaimana Anda bersikap di tempat kerja, hubungan Anda dengan orang lain, seberapa banyak yang akan Anda capai, seberapa tinggi Anda akan tumbuh, dan level kebahagiaan personal yang akan Anda capai.

Pemimpin dengan harga diri dan ego yang tidak sehat akan mengalami kesulitan di banyak aspek dalam eksistensi mereka, dalam kehidupan, dan dalam pekerjaan. Pemimpin seperti itu tidak bisa mencapai potensi mereka yang sebenarnya, juga tidak dapat memimpin bawahannya untuk mencapai potensi maksimal mereka.

Di sesi selanjutnya, kita akan mendiskusikan faktor yang menyebabkan seseorang memiliki harga diri yang rendah dan ego yang tidak sehat. Kita juga akan mendiskusikan lebih banyak karakteristik seorang pemimpin yang luar biasa.

Sumber: Majalah Bahana, November 2009

0 comments:

Post a Comment