Tuesday, September 6, 2011

Mengatasi Kekecewaan

By: Jakoep Ezra, MBA, CBA

Orang yang berhasil mengatasi kekecewaannya menemukan pintu kesuksesan di balik kegagalan.

Kecewa adalah bagian dari kehidupan. Tidak seorang pun yang kebal dari rasa kecewa. Selama roda kehidupan masih berputar, perjuangan hidup terus berlangsung. Berbagai keinginan dan harapan masih tersimpan di hati kita. Seiring itu pula perasaan kecewa masih bisa menggurat dalam sanubari.

Orangtua bisa kecewa terhadap anaknya, seorang istri kecewa pada suaminya. Karyawan kecewa kepada atasannya, jemaat kecewa kepada pendeta, rakyat kecewa kepada pemimpinnya. Demikian pula sebaliknya. Kekecewaan dapat terjadi setiap saat kepada siapa saja. Pria atau wanita, tua atau muda, kaya maupun miskin, terpandang atau bersahaja. Rasa kecewa adalah hal yang paling wajar terjadi dalam hidup kita.

Luka dan Kepahitan
Tapi mengapa ada orang yang menghancurkan hidupnya sendiri karena rasa kecewa? Kekecewaan yang disimpan dan tidak dikelola akan membawa kepahitan. Tidak sesuai dengan harapan

Harapan selalu memberi dorongan dan semangat. Tapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan menimbulkan perasaan kecewa. Banyak orang suka berharap namun tidak siap untuk menghadapi kenyataan.

Mengalami kegagalan
Semua orang suka dengan kesuksesan. Usaha yang berhasil mencapai target memberi kepuasan tersendiri. Tapi jika kita meletakkan harga diri pada keberhasilan, kita akan sulit menerima kegagalan sebagai ibu keberhasilan.

Keinginan yang tak terpenuhi
Setiap orang dicobai dengan keinginannya sendiri. Keinginan yang tidak tunduk pada penguasaan diri menjadi sebuah ambisi. Ambisi akhirnya menguasai hawa nafsu kita. Ambisi yang tidak terpenuhi menimbulkan kekecewaan yang dalam.

Kalah dalam persaingan
Dalam suatu persaingan yang sehat, kalah atau menang bukan segalanya. Tapi apa makna dan esensi dari kompetisi tersebut. Setidaknya kita dapat mengukur prestasi dan sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Tapi persaingan yang diwarnai motivasi keliru membuat kita terpuruk dalam kekecewaan jika mengalami kekalahan.

Mengalami penolakan
Kita senang jika dapat diterima di lingkungan di mana kita berada. Namun agar diterima, kita tidak dapat memenuhi semua keinginan orang lain. Jika kita melakukan kebaikan dengan sikap pamrih, kita akan kecewa seandainya mengalami penolakan.

Akar Perasaan Kecewa
Rasa kecewa adalah bagian dari hidup. Kita tidak dapat mengingkari atau menjadi kebal terhadapnya. Selama hidup masih ada, rasa kecewa adalah bagian dari warna-warni kehidupan.

Rasa kecewa terjadi bukan di pikiran tapi di hati. Kekecewaan itu tidak rasional. Oleh sebab itu sifatnya selalu asumtif. Rasa kecewa dipicu oleh aspek-aspek perasaan :

Merasa berhak; kecewa karena tidak mendapatkan apa yang dianggap sebagai hak atau miliknya.

Merasa benar; kecewa karena keberadaan diri dan pendapatnya dipersalahkan.
Merasa dikhianati; kecewa karena kepercayaannya diingkari dan disalahgunakan.

Mengatasi Rasa Kecewa
Naomi mengalami banyak bencana dalam hidupnya. Ia kehilangan suami dan kedua anak lelakinya di negeri asing. Dengan tangan penuh ia pergi, tapi dengan tangan kosong ia kembali ke kampung halamannya. Naomi menyebut dirinya dengan nama Mara yang berarti pahit.

Tapi Naomi tidak larut dalam kekecewaan. Ia tetap memikirkan nasib Rut, menantunya. Naomi berhasil mengatasi rasa kecewanya dengan melakukan hal yang baik kepada orang lain. Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tapi dapat menjadi awal dari sesuatu yang baru.

Ada tiga hal yang harus dikembangkan untuk mengatasi rasa kecewa :
1. Berpikir positif
2. Bersikap kontributif
3. Bertindak produktif

Perasaan kecewa yang dikuasai dan dikelola dengan baik dapat diubah menjadi batu pijakan motivasi. Itu sebabnya penguasaan diri merupakan kemudi yang paling efektif dalam hidup kita. Naomi berhasil mengatasi kekecewaannya dengan melakukan hal terbaik yang dapat dibuatnya.

Sumber: Majalah Bahana, November 2008

0 comments:

Post a Comment