Friday, September 9, 2011

MENANGANI PERBEDAAN PENDAPAT

By: Jakoep Ezra, MBA, CBA

Keberhasilan dicapai melalui komitmen dan kesepakatan bersama.

Akibat negative terjadi karena berbeda pendapat
Perbedaan pendapat sudah setua umur dunia ini. Tuhan sendiri menghargai kebebasan kita. Namun, rasa egois selalu menginginkan supaya orang lain mengikuti pendapat atau kehendak kita. Perselisihan pun terjadi lalu menjadi pertentangan, perkelahian bahkan pertempuran.

Hubungan bisnis bisa hancur karena tidak sependapat. Persahabatan bisa putus karena tidak bisa menerima pendapat rekannya. Pasangan suami istri bisa cerai karena berbeda pendapat. Politik dan perang berkecamuk karena tidak ada kesatuan pandangan antar pemimpin atau rakyat.

Nampaknya tidak ada tempat di dunia ini yang bebas dari perbedaan pendapat, karena hak asasi manusia menjaminnya. Namun apakah situasi menjadi rentan hanya karena perbedaan?

Perbedaan adalah sesuatu yang alamiah
Keunikan adalah karunia. Kita dikenal dan diidentifikasi melalui perbedaan, bukan karena persamaan. Komunitas terjadi karena anggota memiliki persamaan tujuan. Konflik timbul ketika ada perbedaan kepentingan.

Anak kembar pertama yang dicatat Alkitab ialah Esau dan Yakub. Mereka bertolak-tolakan sejak masih dalam kandungan. Persaingan diawali dengan naluri untuk menang, dan berkuasa atas yang kalah.

Sesungguhnya perbedaan adalah suatu yang alamiah yang tidak bisa dihindari. Lebih baik belajar mengelola perbedaan, menjadi aset yang berharga karena keragaman adalah kekayaan, dan perbedaan adalah kesempatan.

Jika kita mampu merubah sudut pandang dan pola pikir, perbedaan tidak perlu lagi dikhawatirkan. Perbedaan menjadi ruang yang bersahabat untuk saling melengkapi dan membangun.

Tingkat kepentingan sebuah pendapat
Suatu pendapat memiliki arti penting jika dikaitkan dengan kebutuhan kondisi kehidupan kita. Ada lima tingkat kepentingan sebuah pendapat yaitu:
1.Usul biasa; diterima ataupun tidak, tidak terlalu bermasalah. Pendapat tingkat ini tidak terlalu mempengaruhi sebuah keputusan.
2.Keinginan; pendapat akan dipertahankan sesuai kekuatan keinginan atau ambisi.
3.Kebutuhan; pendapat akan diperjuangkan sesuai tingkat kebutuhan yang ada. Semakin primer kebutuhan, semakin kuat pendapat tersebut diperjuangkan.
4.Prinsip hidup; merupakan pandangan pribadi yang tertanam dalam diri seseorang dan sulit untuk dirubah, disamaratakan.
5.Iman; adalah pilihan bebas tiap orang dan tidak dapat dipaksakan.

Dengan memahami tingkat kepentingan sebuah pendapat dalam diri seseorang, maka kita lebih mudah untuk mengelola perbedaan pendapat secara obyektif dan seimbang.

Tips mengelola perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat yang tidak dikelola secara positif dapat merugikan semua pihak. Perpecahan terjadi karena tidak ada kesatuan hati. Rasul Paulus pernah berbeda pendapat dengan Barnabas. Namun, sikap obyektif, kedewasaan dan penguasaan diri membuat mereka tidak bertengkar dan bermusuhan.

Tips dan langkah-langkah praktis dalam mengelola perbedaan pendapat adalah :
1.Menggali pendapat atau masalah secara obyektif. Secara alamiah pendapat pribadi cenderung subyektif. Perbedaan pendapat akan meruncing jika masing-masing pihak hanya mempertahankan ego pribadi. Obyektifitas menjadi tolok ukur keseimbangan yang dapat menghindari sikap radikal. Kemampuan bersikap obyektif, merupakan pintu gerbang untuk mengelola perbedaan pendapat secara positif.

2.Temukan benang merah, hal-hal selaras atau mengakomodasi semua pihak. Emosi sering menghambat seseorang berpikir jernih. Maka tak heran jika seseorang yang emosional terlihat ngotot mempertahankan pendapat. Jika kita memiliki motivasi yang positif, pasti ada hal-hal yang dapat dipertemukan dan diselaraskan.

Hal-hal yang menghambat suatu proses keselarasan pendapat adalah sikap egois, melecehkan, picik, dan sombong. Sifat-sifat ini yang membuat kita menjadi eksklusif dan sulit membangun kerjasama dengan orang lain. Sebaliknya karakter penguasaan diri, respek, empati, dan keterbukaan akan menolong tercapainya kesepakatan.

3.Buat kesimpulan atau kesepakatan bersama dengan atau tanpa syarat. Kesepakatan mendatangkan ketenteraman dan rasa damai. Kesimpulan akan lebih mudah dicapai jika sudah menemukan keselarasan pendapat. Jika masih terjadi ketidaksesuaian, kita dapat membicarakan opsi, kriteria atau persyaratan. Dengan demikian kita dapat mengembangkan kerjasama dan sinergi tim yang saling melengkapi dan mendukung.

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2009

0 comments:

Post a Comment