Thursday, September 8, 2011

KOALISI

By: Prof. Roy Sembel

“...Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu...” (Yohanes 15:16)

Peta politik Indonesia semakin seru dan menegangkan. Saat tulisan ini dibuat, rencana koalisi antara Partai Demokrat dan Golkar tidak berjalan mulus. Sebagai partai yang berdasarkan perhitungan suara terakhir mendapat suara terbanyak, Partai Demokrat merasa di atas angin untuk menentukan persyaratan koalisi. Di sisi lain, Partai Golkar telah merasa berjasa membantu Partai Demokrat dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama lebih dari 4 tahun terakhir. Partai Golkar tampaknya merasa berada pada posisi tawar yang cukup kuat dalam mengajukan persyaratan untuk dirangkul sebagai koalisi. Persyaratan ketat dan ekspektasi yang tinggi dari kedua pihak ini menyebabkan keduanya ngotot sehingga akhirnya koalisi pun tidak bisa terwujud.

Partai-partai lain pun tak kalah serunya melakukan “move” untuk berkoalisi. Ada partai yang memiliki strategi agresif mendekati pihak yang dianggap memiliki potensi besar menjadi pemenang, ada pula yang bersikap wait-and-see menunggu perkembangan. Intinya, mereka ingin bergabung dalam koalisi yang diperkirakan akan membawa mereka kepada posisi “menang” (meski kata “menang” yang dimaksud bisa memiliki arti yang berbeda bagi pihak yang berbeda). Dalam prosesnya akan terjadi negosiasi dan take-and-give berdasarkan kontribusi yang diharapkan dari masing-masing pihak. Hasil akhirnya, semua pihak yang ada dalam koalisi akan merasa berjasa dan bisa memegahkan diri berdasarkan kontribusi masing-masing.

Dalam ranah spiritual, ada juga fenomena koalisi. Manusia bisa memilih untuk berkoalisi dengan kebaikan atau dengan kejahatan, dengan Tuhan Allah atau dengan iblis. Ada berbagai motivasi yang membuat manusia bergabung dengan koalisi spiritual ini, mulai dari kesenangan sesaat (termasuk merasa berjasa dan dihargai karena kebaikan dan jasanya) sampai pada kebahagiaan kekal.

Dalam konteks iman Kristiani, semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Oleh karena itu, manusia sama sekali tidak punya hak untuk bergabung dengan koalisi Allah untuk mendapatkan keselamatan dan hidup yang kekal. Bila manusia memperoleh keselamatan, itu semata adalah karena anugerah atau kasih karunia Allah. “... Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri ...” (Efesus 2:8-9)

Adalah kecenderungan manusia untuk ingin merasa berjasa dan diakui jasanya oleh orang lain. Banyak orang berpendapat bahwa keselamatan adalah imbalan dari usaha dan jasa kita. Iblis sangat paham akan kecenderungan itu dan bahkan menggunakannya untuk memecah belah koalisi Allah.

Untuk mencegah strategi iblis tersebut, kita harus senantiasa saling mengingatkan bahwa hak dan otoritas untuk memilih anggota koalisi Allah sepenuhnya berada di “tangan” Allah. Allah lah yang berhak memilih. “...Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu...” (Yohanes 15:16). Selamat bergabung dalam Koalisi Allah! Salam WISDOM!

Sumber: Majalah Bahana, Juni 2009

0 comments:

Post a Comment