Friday, September 9, 2011

Kerinduan akan Keharmonisan

By: yan/Bruno Graber

Mungkin kita pernah mengalami sendiri atau mendengar keluhan seperti ini: “Dunia dengan segala problemanya telah menekanku. Aku mendambakan keharmonisan bukan kekacauan. Ke mana aku harus mencari keharmonisan itu?”

Kita semua pasti sependapat, bahwa keharmonisan di dalam hukum alam universum ini merupakan sebuah tataran intelegen tertinggi. Jika pondasi untuk timbulnya kosmos dan manusia hanya merupakan sebuah rentetan peristiwa belaka maka dari mana asalnya keindahan dan keharmonisan? Dari mana datangnya buah karya seni, puisi dan musik? Jika kehidupan ternyata hanya sebuah perjuangan untuk sekedar bertahan hidup, mengapa hal-hal tersebut ada?

Terang atau Gelap?
Akan tetapi, dalam kenyataannya ada banyak penderitaan, penyakit dan perang di dalam dunia ini. Bagaimana itu dapat cocok satu sama lain? Penciptaan terdiri dari interpenetrasi dari kerapian dan kekacauan, keindahan dan kejelekan, terang dan gelap, cinta dan kebencian. Tidak adakah seseorang memandang hal itu sebagai sesuatu yang kontradiksi sama sekali?

Di dalam surat Paulus kepada umat di Roma bab 1 telah diajarkan di sana, bahwa penyakit, kematian, kebencian dan keburukan adalah petunjuk akan adanya Chaos, yang jelas memisahkannya dari kesehatan, hidup, cinta dan keharmonisan. Tuhan, sebagai Sang Maha Pencipta, digambarkan sebagai yang pencipta universum. Seorang manusia, yang memandang alam semesta dan tidak semerta-merta menarik kesimpulan pada Tuhan, tidak akan mengerti secara mendalam, apa yang tertulis di dalam kitab suci tentang segala yang tercipta di dalam universum ini. Mereka akan berpikir, bahwa manusia mengarahkan pikirannya kepada “ketiadaan” (nihil), dan hatinya diselimuti kegelapan. Itu artinya, ia menjadi tumpul dan menilai dunia sebagai “negative” melulu.

Hidup di dalam Keharmonisan bersama Tuhan
Apa artinya ini yang sesuai dengan kitab suci: untuk hidup di dalam keharmonisan bersama Tuhan? Setiap individu akan mempunyai variasi jawaban, karena ini mirip seperti hubungan antar sesame manusia dan juga kepada pada Tuhan yang sudah tertanam secara pribadi.

Sebuah persyaratan untuk hidup di dalam keharmonisan bersama Tuhan berlaku untuk semuanya, yaitu percaya teguh, bahwa Tuhan itu ada, bahwa Tuhan itu penuh cinta dan bahwa Ia telah mengutus Putra-Nya, yang mewartakan kepada kita, bagaimana kita dapat hidup harmoni di dalam Tuhan.

Itu semua mewarnai juga persepsi dunia. Kitab suci berbicara banyak dengan jelas tentang itu, bahwa manusia boleh menikmati ciptaan ini dan juga mencoba untuk hidup menurut citra Yesus. Dari sana akan timbul keharmonisan dengan sesame manusia, hewan dan alam. Sebuah kehidupan di dalam kehamonisan bersama Tuhan mencerminkan juga, bahwa manusia membatinkan dan menghidupi Kabar Gembira dari eksistensi dan cinta Tuhan, serta ikut serta menjaga keharmonisan di dalam dunia.

Sumber: livenet.ch

0 comments:

Post a Comment