Thursday, September 8, 2011

KEKUATAN SUKACITA

By: Jakoep Ezra, MBA, CBA


Harapan dan kebijaksanaan selalu melahirkan sukacita.

Kebahagiaan dan kegembiraan adalah komoditi yang tak pernah usang dan selalu dicari orang. Siapa yang tak ingin bahagia atau merasa gembira? Berbagai cara ditawarkan untuk mendapatkan perasaan gembira atau bahagia. Mengapa? Karena terlalu banyak hal dalam hidup ini yang berhasil mencuri sukacita dan memudarkan keceriaan di wajah kita.

Perebut Sukacita
Sebenarnya sukacita adalah sebuah keputusan. Namun jika suasana hati dipengaruhi hal-hal negatif, maka banyak hal yang dapat merebut sukacita kita. Hidup memang tidak selalu indah. Seringkali hal yang menyedihkan pun dapat terjadi.

Penolakan
Orang yang ditolak tentu saja merasa tidak bahagia. Ia seakan kehilangan jatidiri dan merasa dibenci. Penolakan terutama yang berkaitan dengan perasaan dan harga diri, membuat banyak orang hidupnya menjadi muram dan suram.

Penipuan
Ditipu, dikhianati atau dimanipulasi terjadi ketika kita mempercayai seseorang. Kepercayaan yang disalahgunakan membuat kita marah, kecewa dan sakit hati. Tidakmudah memulihkan sakit hati karena pengkhianatan, terutama jika dilakukan oleh orang yang dekat dengan kita.

Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan bagaikan dua kutub yang bertolak belakang. Senang jika berhasil dan sedih jika gagal. Pandangan seperti ini, bukan saja membuat hidup jadi semakin berat, tapi juga menjadi beban yang memberatkan.

Kebencian
Kebencian adalah sengat maut dari penghakiman dan kesombongan. Jika kita tidak mau melepaskan pengampunan, maka hati kita dipenuhi oleh perasaan dendam dan tidak puas.

Kejenuhan
Seringkali kita suka memaksakan diri untuk suatu pekerjaan, karier atau situasi. Akibatnya, kita mengalami rasa bosan atau kelelahan. Kondisi ini sangat menguras bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan sukacita kita.
Kesedihan dan dukacita, kekecewaan dan kepahitan, perasaan putus asa dan kegagalan dapat menghantui setiap langkah perjalanan kita. Jika kita gagal melihat hikmahnya, niscaya awan kelabu menudungi hati dan kita pun jadi kehilangan sukacita

Suka cita adalah Keputusan
Karakter sukacita tidak terjadi secara otomatis. Sukacita adalah sebuah keputusan yang perlu dibangun dan dikembangkan melalui proses pendewasaan. Langkah-langkah membangun karakter sukacita adalah :

Selalu bersyukur.
Kunci mengucap syukur adalah mengakui dan menerima adanya otoritas ilahi di atas kehendak atau keinginan kita. Meskipun apa yang dialami mungkin rasanya tidak menyenangkan. Tapi dengan menaruh harapan dan iman kita kepada Tuhan, maka kita percaya bahwa Tuhan menyediakan yang terbaik bagi kita.

Temukan hikmah suatu masalah.
Beban akan terasa lebih ringan, ketika kita berhasil menemukan hikmah dan makna pembelajaran hidup. Pengalaman adalah guru terbaik. Di dalam pembelajaran hidup pasti ada usaha dan pengorbanan. Di dalam hikmah ditemukan sukacita.

Menerima hasil dari setiap jerih lelah kita.
Pepatah mengatakan, orang yang menabur dengan air mata akan menuai dengan bersorak sorai. Artinya, setiap jerih lelah kita tidak akan sia-sia, tapi akan memberi hasil yang sungguh membahagiakan.

Tidak seorang pun dapat merampas sukacita kita. Kita semua memiliki hak yang sama untuk bersukacita. Karena sukacita memberi kekuatan ketika kita menghadapi tantangan. Hati yang bersukacita mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh kita. Orang yang bersukacita dapat hidup lebih sehat baik fisik, mental dan rohani.

Sumber: Majalah Bahana, Juni 2009

0 comments:

Post a Comment