Friday, September 9, 2011

Kehendak Tuhan

By: Andar Ismail, M.Th, Ph.D.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa banyak orang pada Hari Kiamat akan berkata kepada-Nya, “Tuhan, Tuhan, bukankah dengan nama-Mu kami sudah menyampaikan pesan Allah dan dengan nama Tuhan mengusir roh-roh jahat serta melakukan banyak keajaiban?” Namun, Yesus akan menjawab, “Aku tidak mengenalmu. Pergi dari sini, kamu yang melakukan kejahatan!” (Mat. 7:22-23). Penegasan Yesus ini amat mencengangkan. Dikenal sebagai Kristen saja ternyata tidak cukup. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat. 7:21).

Di lain kesempatan, Yesus sedang berbicara dengan orang banyak di sebuah rumah, lalu datanglah ibu dan saudara-saudara-Nya (Mat. 12:46-50). Mereka berusaha masuk untuk menemui Yesus, namun tidak berhasil. Lalu ada orang memberitahu Yesus, “Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin berbicara dengan-Mu.” Yesus memakai kesempatan itu mengajarkan sebuah kebenaran penting. Ia menjawab, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu Ia menunjuk kepada murid-murid-Nya dan berkata, “Inilah ibu dan saudara-saudara-Ku. Orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara laki-laki-Ku, saudara perempuan-Ku, dan ibu-Ku.”

Karakteristik umat Tuhan adalah melakukan kehendak Tuhan, sebuah tema teologis yang menonjol di Alkitab. Secara umum, kehendak Tuhan tidak sulit untuk dipahami. Tuhan bukan Tuhan yang senang mempersulit umat-Nya. Cara kerja Tuhan bukan “Jika bisa dipersulit, mengapa dipermudah?” Dalam banyak hal kita tidak harus meraba-raba kehendak Tuhan. Karena itu, Nabi Mikha menegur bangsa Israel yang berbelit-belit, “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mi. 6:8).

Namun, memang kadang tidak mudah memahami kehendak Tuhan. Dalam kasus ledakan bom baru-baru ini, mengapa Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabaik membiarkan pelaku teror sampai berhasil meledakkan bomnya? Apa kehendak Tuhan dengan membiarkan sekian nyawa orang tak bersalah dan puluhan orang luka menjadi korban sia-sia? Kadang kita tidak jelas apakah suatu langkah yang akan diambil sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak boleh terperangkap dalam keadaan tidak memutuskan, sebab tidak memutuskan apa-apa sebenarnya sebuah keputusan untuk tidak memutuskan. Dalam keadaan seperti itu, pastikan bahwa yang akan kita lakukan adalah tidak melawan kehendak-Nya sejauh yang kita tahu.

Yang menjadi soal utama terkait kehendak Tuhan adalah terjadinya di bumi. Di surga, kehendak Tuhan langsung ditaati. Langsung jadi. Tidak ada yang tidak taat. Tidak demikian halnya di bumi. Itu sebabnya salah satu bagian dari Doa Bapa Kami berbunyi, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Daripada diminta untuk memahami kehendak Tuhan, kita diajak berdoa agar kehendak Tuhan jadi atau “ditaati” (BIS). Doa itu digandengkan dengan doa agar Kerajaan Allah datang. Sebuah permohonan agar Tuhan memerintah di bumi. Jika kehendak Tuhan jadi, itu berarti Kerajaan Allah datang.

Mustahil menaati kehendak Tuhan tanpa melibatkan kehendak kita sendiri. Kehendak kita adalah bagian dari kedirian kita yang diciptakan Allah dan itu baik. Namun, kehendak kita dapat menghalangi terjadinya kehendak Tuhan, apalagi jika kita tidak peka dengan kehendak Tuhan. Yang harus dilakukan bukan meniadakan kehendak pribadi, yang adalah mustahil, tetapi menaklukkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan.

Banyak kejahatan dan penderitaan di dunia. Itu bukan kehendak Tuhan. Upaya memerangi kejahatan dan penderitaan sesuai kehendak Tuhan. Sebaliknya, jika sesuatu dalam tanggung jawab kita untuk meringankan penderitaan orang lain, namun kita tidak berbuat sesuatu, itu pasti bukan kehendak Tuhan. Orang Kristen adalah orang yang selalu berharap agar kehendak Tuhan jadi. Untuk itu, ia siap mengambil bagian.

Sumber: Majalah Bahana, September 2009

0 comments:

Post a Comment