Tuesday, September 6, 2011

Jadilah Terang Melalui Kepedulian

By: Pdt. Yerry Tawalujan, M.Th

Gereja di Tanah Air harus bangkit dan menjadi terang. Caranya melalui kepedulian sosial. Dengan kasih memberi pertolongan kepada masyarakat. Firman Tuhan memberitahukan bahwa ibadah yang benar itu adalah kalau kita menunjukkan kepedulian kepada orang-orang miskin dan menderita.

Ibadah kepada Tuhan tidaklah sekadar kegiatan seremonial keagamaan. Apalagi kalau dilakukan dalam kemewahan dan serba gemerlap. Dalam beribadah terkandung nilai luhur untuk memberitahu bahwa inilah cara kita mengimplementasikan keselamatan. Pemberitahuan itu dilakukan bukan hanya kepada sesama, tetapi seharusnya kepada lingkungan. Lingkungan harus menjadi target utama. Karena di mana gereja berdiri, di situlah kehadirannya harus memberikan dampak. Kerap kita melihat keberadaan gereja dan lingkungan sangat kontras. Jemaat datang dengan busana ewah, sedangkan lingkungan tengah ergulat dengan kemiskinan. Alih-alih enjadi berkat, gereja justru menjadi batu sandungan. Menghalangi orang menerima keselamatan dan lebih jauh lagi untuk mengenal Yesus Kristus.

Ketidakpedulian gereja pada titik tertentu bisa menjadi bumerang. Gereja dianggap barang asing yang harus dienyahkan. Dari hal semacam inilah konflik horizontal bisa terjadi. Ibadah dalam hal ini bergereja harus dilakukan dengan memperhatikan lingkungan. Gereja harus berdampak ke-pada sekitarnya. Ketika lingkungan berduka, gereja menghibur. Ketika lingkungan didera kesulitan, gereja menawarkan jalan keluar. Ketika lingkungan menjerit kemiskinan, gereja menjadi saluran berkat. Inilah peran sejati gereja.

Kepedulian Sosial “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri (Yes. 58: 6-7).

Melalui Nabi Yesaya, Tuhan memberikan 7 cara kepada jemaat dan umat Kristen untuk bangkit dan menjadi terang:

1. Memperjuangkan keadilan bagi mereka yang tertindas
2. Memperjuangkan kemakmuran untuk rakyat kecil yang menderita
3. Memberi makan bagi mereka yang lapar
4. Kepedulian pada kaum miskin, memberi tempat tinggal pada para gelandangan yang tidak punya rumah
5. Beri pakaian pada mereka yang telanjang
6. Menolong sesama saudara kita yang kekurangan
7. Tidak mencari keuntungan dari orang lain, hidup dalam kebenaran dengan sesama. Ketujuh hal di atas semuanya mengenai kepedulian sosial kepada orang-orang di sekitar yang menderita.

Bentuk ibadah gereja yang berkenan kepada Tuhan adalah ibadah yang disertai kepedulian sosial. Gereja-gereja perlu mengkritisi diri sendiri dengan bertanya, berapa persen keuangan gereja yang dialokasikan untuk pelayanan sosial pada masyarakat di luar gereja? Jangan sampai seluruh keuangan gereja hanya dipakai untuk keperluan internal gereja. Kebutuhan Utama Berapa banyak rupiah yang digunakan untuk menyelenggarakan ebaktian- kebaktian di tempat terbuka? Meski acara tersebut efektif, tidak kalah berguna juga ibadah dalam bentuk kepedulian sosial seperti yang diperintahkan Tuhan melalui Yesaya. Bahkan pada sisi tertentu lebih mengena. Ini perlu kita renungkan lebih jauh.

Sekarang sudah saatnya gereja memfokuskan diri untuk menjadi saluran berkat bagi masyarakat dan bangsa. Kalau umat Tuhan melakukan ketujuh pelayanan sosial yang disebutkan Yesaya di atas, hasilnya adalah kita akan bangkit menjadi terang. Keberadaan gereja Tuhan di Tanah Air harus bangkit dan menjadi terang. Caranya dengan epedulian sosial. Dengan kasih memberi pertolongan kepada masyarakat. Di situlah karakter Kristus berlaku dan dikenal banyak orang. Terutama oleh lingkungan di sekitar gereja. Setiap gereja lokal harusnya mempelajari kebutuhan masyarakat. Apa kebutuhan utama RT/RW, kelurahan atau kecamatan di mana gereja berada. Setelah itu gereja mencari jalan untuk memenuhinya.

Dengan demikian, ketika Tuhan Yesus datang kembali, Ia akan berkata kepada kita: “... Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;” (Mat. 25:34-40).

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2008

0 comments:

Post a Comment