Friday, September 9, 2011

Indah Pada Waktunya

By: Prof. Roy Sembel

“... dan kamu akan menjadi saksi- Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi...” (Kisah Rasul 1: 8b)

Aneh tapi nyata, beberapa minggu sebelum teror bom Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta (Juli 2009), saya sempat menonton film Vantage Point. Film itu tentang teroris yang meledakkan hotel dan berusaha membunuh presiden. Inti dari film itu adalah cerita yang tersebar dan dilihat banyak orang ternyata jauh berbeda dengan kenyataan sebenarnya. Pasalnya, kebanyakan orang hanya melihat secara parsial. Rajutan yang salah dari potongan-potongan parsial puzzle bisa menimbulkan persepsi yang sangat keliru.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pun sering membangun persepsi berdasarkan pengamatan parsial (termasuk proses yang belum selesai) sehingga menghasilkan kesimpulan yang keliru. Sebelum menjadi kupu-kupu bersayap indah, makhluk itu adalah seekor ulat yang menjijikkan. Sebelum muncul pelangi yang indah, ada awan kelam dan hujan.

Dalam Alkitab ada banyak contoh fenomena yang bisa dipersepsikan keliru bila dilihat secara tidak lengkap. Iblis memutar-balikkan fakta dengan menekankan cerita yang tidak lengkap dalam usahanya menyesatkan manusia untuk melihat sisi yang keliru dari perintah dan kehendak Tuhan.

Marta keliru menyalahkan Tuhan Yesus yang dianggapnya terlambat datang sehingga Lazarus keburu meninggal dunia. Bila kita hanya membaca tentang kematian Tuhan Yesus tanpa membaca tentang kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, tentu kesimpulan yang kita peroleh sangat buruk. Tuhan kita kalah dan mati! Bila kita hanya mendengar tentang kehidupan Paulus sewaktu masih bernama Saulus dan menjadi biang pembunuh orang Kristen, tentu kita akan menganggap Paulus orang jahat. Bila orang Israel berhenti mengelilingi Tembok Yerikho pada hari keenam, tentu tidak ada kemenangan yang diperoleh.

Bila Jenderal Naaman tidak menyelesaikan perintah untuk mencelupkan diri tujuh kali di Sungai Yordan dan berhenti pada hitungan keenam, tentu ia tidak akan pulih dari kustanya. Bila tidak bertekun, Yusuf tidak akan menjadi orang asing yang paling berkuasa di Mesir. Padahal sebelumnya ia dijual kakak-kakaknya sebagai budak, kemudian dijebloskan ke dalam penjara karena difitnah.

Bayangkan apa jadinya bila pelayan di Kana tidak mau menurut perintah Tuhan Yesus untuk mencedok air dari tempayan pembasuh kaki yang baru diisi air biasa dan membawanya untuk dicicipi kepala perjamuan. Tidak ada mukjizat air menjadi anggur.

Dari banyak contoh dalam Alkitab tersebut terlihat jelas bahwa kehendak Tuhan bagi kita anak-anak-Nya selalu baik. Manusia penuh keterbatasan dan Tuhan tidak terbatas. Bila hanya mengandalkan persepsi manusia yang terbatas, ada banyak kesimpulan salah yang bisa dimanfaatkan iblis untuk menjatuhkan manusia. Sebaliknya, bila kita mau menuruti perintah dan kehendak Tuhan, serta bertekun menjalankannya meski saat dijalankan terlihat atau terasa aneh, maka pada akhirnya kita akan melihat keindahan anugerah Tuhan.

Seringkali iblis berusaha menggagalkan kehendak Tuhan. Tidak semua yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Tuhan. Ada banyak peristiwa di dunia ini terjadi karena kehendak iblis atau buah dari kedagingan manusia. Sebagai contoh, Tuhan tidak menghendaki banyak orang menjadi korban bom oleh teroris. Namun Tuhan pasti mampu mengubah bencana menjadi berkat. Tuhan bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan berkat bagi kita anak-Nya yang mau dengar-dengaran dan bertekun menjalankan perintah dan kehendak-Nya.

Jadi, kalau saat ini Anda sedang menghadapi atau mengalami suatu peristiwa yang kelihatannya sangat buruk, yakinlah bahwa Tuhan itu baik. Kasih setia-Nya tak pernah berubah. Tetap sabar dan bertekun menuruti perintah dan kehendak Tuhan. “... Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya...” (Pengkhotbah 3:11a).

Salam WISDOM!

0 comments:

Post a Comment