Friday, September 9, 2011

Hidup Bukan Kebetulan, Tapi Punya Tujuan

By: Pdt. DR. MD Wakkary

Sepasang suami istri kaget ketika mendapati bahwa sang istri hamil di usia tua. Padahal, keduanya telah melakukan program Keluarga Berencana. Alat kontrasepsi yang digunakan diyakini menjamin keberhasilan pembatasan kelahiran tersebut. Atas saran dokter, kehamilan itu diteruskan. Apakah anak yang dilahirkan itu merupakan anak kebetulan? Tidak!

Ayub begitu menderita, dalam ujiannya menyatakan bahwa “di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia” (Ayb. 12:10). Artinya, semua kehidupan berpusat kepada-Nya. Dan, dalam setiap kehidupan ada rencana Allah.

Manusia pertama diciptakan pada hari keenam. Bukan hari pertama atau hari ketiga atau hari-hari sebelumnya. Namun, manusia diciptakan setelah segala sesuatunya diciptakan.

Perbuatan Allah itu sering membuat kita bertanya-tanya. Namun, sebaiknya kita pahami bahwa ada maksud yang unik, tujuan Allah dalam segala sesuatunya. Maka, bila kita mau mempunyai hidup yang baik, kita harus membangun hubungan dengan sumber kehidupan yakni Allah. Hidup ini sementara. Alkitab memetaforakan usia hidup manusia sebagai uap; bunga, mekar dan layu; bayang-bayang yang berlalu; atau rumput yang sirna.

Tujuan Hidup
Bagaimanakah kita menggunakan hidup menurut kehendak Allah? Ada 5 tujuan hidup orang percaya yang saya kutip dari buku Rick Warren, penulis Purpose Driven Life.

Pertama, kita dirancang untuk menyenangkan Tuhan. Kita adalah ciptaan yang sempurna. Meski pernah jatuh dalam dosa, tetapi di dalam Yesus Kristus, hidup kita dipulihkan asal percaya kepada-Nya. Kehidupan kita pasti diselamatkan. Hidup manusia bertujuan untuk kemuliaan Allah (Yes. 43:7).

Kedua, kita dibentuk untuk menjadi keluarga Allah. Yesus mengajar kita berdoa dengan berkata: “Bapa kami yang di surga ...”. Kata Bapa sebagai sebutan untuk Allah merupakan gambaran kerinduan Allah akan hubungan kita dengan-Nya sebagai hubungan Bapa dengan anak. Allah ingin kita sekeluarga dengan-Nya (1 Yoh. 3:1).

Ketiga, kita diciptakan untuk menjadi seperti Kristus. Begitu kita hidup berhubungan dengan Allah, kita dibentuk Tuhan. Karakter kita diubahkan menjadi seperti Kristus (Ef. 4:15). Memang kita tidak mampu, tetapi Tuhan memberikan kuasa-Nya, menganugerahkan kasih-Nya supaya kita sanggup menjadi seperti Yesus. Perubahan selalu memerlukan proses dan waktu. Kita harus tekun, setia, dan sabar.

Keempat, kita diasah untuk melayani Tuhan. Kita dilengkapi untuk berfungsi di dalam-Nya. Baik sebagai rasul, nabi, penginjil, gembala atau pengajar. Semua anak Tuhan harus terlibat dalam pekerjaan pelayanan. Yesus memberi contoh datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Ef. 4:12,16).

Kelima, kita diciptakan untuk suatu misi. Kita sebagai orang percaya mempunyai misi agung yaitu pergi memberitakan Injil. Pertama, kita melakukan misi dengan berdoa. Mungkin kita tidak bisa pergi ke kota-kota lain atau ke negara-negara lain, tapi kita bisa berdoa untuk suku-suku dan bangsa-bangsa. Kedua, kita bermisi dengan berkorban. Baik materi maupun non-materi. Ketiga pergi bersaksi mewartakan Yesus (Mat. 28:19-20).

Begitu mengagumkan tujuan Allah bagi hidup kita. Menggairahkan dan menakjubkan. Untuk itu perlu terjalin hubungan dengan Tuhan. Dan yang pasti, kita akan jauh lebih diberkati dari sebelumnya, karena kita mengerti tujuan hidup ini.

Diadaptasi dari khotbah Minggu 9 Agustus 2009 di GPdI Maranatha Medan.

Sumber: Majalah Bahana, Oktober 2009

0 comments:

Post a Comment