Thursday, September 8, 2011

Di mana Yesus Ketika...

By: Pdt. Soehadi Widjaja


“Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam.” Markus 4:38a.

Baik buruknya hidup kita, tergantung pada bagaimana kita memosisikan Yesus. Kalau kita menganggap Yesus sebagai satu pribadi yang tidak terlalu penting, maka kita bisa menempatkan-Nya tidak di posisi utama. Bisa nomor dua atau nomor tiga, tergantung kita.

Akan tetapi, ketika kita menempatkan Dia tidak di posisi utama, kita pasti berhadapan dengan banyak masalah yang tak terselesaikan.

Kisah tentang angin ribut yang menerpa Yesus dan murid-murid-Nya adalah sebuah pelajaran berharga.

TIGA PERTANYAAN YANG PERLU DIRENUNGKAN

Di mana Yesus Dalam Hidupku Ketika Aku Diberkati?
Tuhan Yesus bersama para murid baru saja berlayar dan murid-murid menempatkan-Nya di posisi utama. Dalam perahu Yesus ada dan telah duduk ...”. (Mrk. 4:36b). Beberapa saat perjalanan yang tenang itu membuat murid-murid tidak sadar di mana posisi Yesus. Akhirnya, ketika masalah datang baru diketahui bahwa Yesus telah ada di buritan, tanpa teman, kesepian dan tertidur.

Ada banyak anak Tuhan yang berlaku demikian. Ketika semua berjalan lancar, usaha makin maju, toko tidak sepi, pesanan tetap lancar, maka mereka terlena dengan angin sepoi-sepoi berkat. Dan, tanpa sadar, “membiarkan” Yesus seorang diri di bagian belakang perahu kehidupan mereka. Itulah kondisi yang sangat rapuh dalam hidup kita, penuh berkat tapi jauh dari Yesus.

Di mana Yesus Ketika Kita Bermasalah?
Ada dua macam sikap yang umumnya muncul. Pertama, ada yang makin banyak berdoa dan mencari Tuhan. Namun, Yosafat adalah tipe orang pertama, makin besar masalah, makin sungguh-sungguh mencari Tuhan (2 Taw. 20:3). Inilah sikap mengandalkan Tuhan, seperti tertulis dalam Yeremia 17:7- 8. Alhasil, pembelaan Tuhan pasti dialami. Memang dituntut keberanian untuk percaya dan menantikan Tuhan.

Kedua, adalah seorang yang makin jauh dari Tuhan saat ada masalah. Ia bukannya datang kepada Tuhan dan belajar mempercayai Tuhan, tetapi kepada yang lain. Mzm. 44:7 (percaya kepada panah & pedang); Mzm. 49:7 (harta); Mzm. 49:14 (dirinya sendiri); Mzm. 118:9 (kepada para pejabat/bangsawan).

Allah mengingatkan dalam Yesaya 31:1-3, kalau kita mengandalkan manusia yang kuat, maka kedua-duanya akan tergelincir dan jatuh serta berakhir dengan kebinasaan. Hal yang sama diingatkan pula dalam Yeremia 17:5-6.

Di mana Yesus Ketika Kita Marah?
Inilah situasi paling sering kita alami dan meminta Tuhan untuk diam dan tidak usah ikut-ikutan dengan masalah kita. Tentunya ini sikap yang salah, bukan?

Tuhan menghendaki kalau kita sedang marah, izinkan Tuhan terus mengontrol hidup kita, agar kita jangan terbawa emosi/nafsu marah dan berbuat dosa. Karena itu, firman Tuhan berkata, boleh saja kita marah, karena itu wajar-wajar saja, tetapi jangan berbuat dosa (Ef. 4:26).

Istilah “janganlah berbuat dosa” dalam ayat tersebut berarti biarkan Tuhan Yesus tetap sebagai pemegang keputusan yang tertinggi dalam hidup kita, dalam kemarahan kita.

Seringkali kita tidak memiliki hidup yang bahagia karena Yesus tidak menempati tempat yang terutama dalam hidup kita. Biarkan Yesus tetap nomor satu dalam hidup ini, baik ketika sedang diberkati maupun ketika sedang dalam masalah.

Sumber: Majalah Bahana, Juni 2009

0 comments:

Post a Comment