Thursday, September 8, 2011

Berpikir Jernih

By: Jakoep Ezra, MBA, CBA

Pikiran yang jernih dan akal budi yang bijak menimbulkan hati nurani yang murni.
Banyak keputusan dan tindakan fatal terjadi karena pikiran yang kacau dan kalut. Banyak kekeliruan terlanjur dilakukan karena kita sulit berpikir jernih, tidak bisa lagi menggunakan akal sehat yang logis dan rasional.
Pada saat demikian, kita sulit membuat keputusan yang bijak, sulit melakukan hal-hal positif dalam diri kita. Sulit untuk mengembangkan bakat dan kapasitas secara maksimal. Pikiran yang kacau dapat memadamkan semua ide, kreativitas dan potensi.

Tiga alasan mengapa kita tidak bisa berpikir jernih

Dikuasai emosi
Ada orang yang sifatnya reaktif dan impulsif. Pembawaannya meledak-ledak dan sangat dikuasai oleh perasaannya. Sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang ada. Jadi, ia sangat tergantung keadaan. Ada pula yang kelihatan tenang, tapi ternyata sangat sensitif. Salah sedikit, tersinggung. Kurang sedikit, kecewa. Ada orang-orang yang gampang marah dan tersulut emosinya.
Berbagai reaksi emosi yang berlebihan dan tidak bisa dikontrol akan membuat kita menjadi tidak stabil. Karena telah dikuasai emosi, kita sulit menggunakan nalar atau akal budi, akibatnya akan sulit berpikir jernih.

Mengalami kelelahan
Tubuh kita sebenarnya seperti mesin. Jika terus menerus bekerja dan tidak pernah diberi istirahat akan ambruk. Kesibukan pekerjaan, tenggelam dalam aktivitas yang tidak ada hentinya, bisa menimbulkan kelelahan yang luar biasa. Ada kelelahan fisik, pikiran ataupun mental.

Asumsi yang keliru
Kita mungkin masih ingat istilah “brainstorming” atau ”cuci otak”. Arti praktis sekarang juga dimaksudkan sebagai suatu tindakan penyegaran pemikiran, sekadar refreshing. Namun secara radikal, konsep “brainstorming” digunakan dalam banyak praktik yang melanggar hak asasi manusia. Yaitu, secara sengaja dilakukan indoktrinasi ideologi, pandangan atau keyakinan.

Pada tingkat keseharian, sadar tidak sadar kita pun sering meyakini hal-hal yang keliru. False belief atau kepercayaan palsu bisa berupa suatu mitos, rumours ataupun isu. Meyakini false belief dan persepsi yang keliru membuat kita tidak bisa berpikir jernih

Solusi
Mengelola keseimbangan emosi
Emotional Quotient atau EQ adalah ukuran kecerdasan emosi. Semakin tinggi EQ seseorang, semakin stabil. Artinya, kemampuan mengendalikan respons emosional akan berlangsung baik meski mengalami tekanan. Ada orang yang secara alami memiliki EQ tinggi, namun ada pula yang rentan secara emosi.

EQ bisa ditingkatkan dengan mengelola keseimbangan emosi. Sikap emosional dapat diantisipasi dengan mengelola kognitif atau nalar kita. Pikiran rasional meredam berbagai prasangka yang bisa memicu emosi. Disamping itu melatih kesabaran dan penguasaan diri juga membuat kita mampu berpikir jernih dan bijaksana.

Mengambil waktu istirahat yang cukup
Kita membutuhkan istirahat untuk memulihkan tenaga dan konsentrasi yang telah terkuras. Biasakan beristirahat secara periodik. Gunakan waktu istirahat dengan baik. Untuk refreshing dan relaksasi, agar pikiran kita tetap jernih terjaga.

Membangun pola pikir yang benar
Bersikap terbuka dan rasional membantu kita memiliki wawasan yang luas. Kita tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang menyimpang dan keliru. Selain itu, sikap optimis dan positif akan membentuk persepsi yang positif. Jika memiliki kepercayaan semu atau false belief, kita harus menyadarinya dan mulai merombak keyakinan yang salah itu.

Salah satu cara membangun persepsi yang benar adalah dengan ”pernyataan diri” atau metode ”self talk”. Buatlah pengakuan pada diri sendiri tentang hal-hal yang keliru, kemudian ”timpa” dengan pernyataan kebenaran. Terapi ini akan membentuk image dan perspektif yang benar pula.

0 comments:

Post a Comment