Thursday, September 8, 2011

Badai pasti berlalu

By: Prof. Roy Sembel

“...Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu...” (Ayub 42:12a)

Tahun 1998 Indonesia mengalami krisis multidimensi yang luar biasa. Ekonomi Indonesia menciut 13,13%. Kenaikan harga (inflasi) mencapai hampir 80%, atau sekitar 8 kali lipat dari biasanya. Mata uang rupiah melemah, kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah melonjak dari Rp2.400/dolar menjadi Rp16.000/dolar. Pasar saham anjlok 65,6%. Banyak bank dan perusahaan terpaksa ditutup. Kerusuhan meluas. Banyak orang sangat pesimis terhadap masa depan Indonesia.

Bangkit dari Krisis
Dalam situasi seperti itu, umat kristiani di Indonesia bersatu berdoa dan berpuasa untuk bangsa dan negara Indonesia. Hasilnya, 10 tahun kemudian, Indonesia telah keluar dari kategori kelompok negara miskin. Produk Domestik Brutto (PDB) per kapita-nya (total nilai barang dan jasa final yang dihasilkan dibagi dengan total jumlah penduduk) tahun 2008 telah menembus 2.000 dolar AS. Puji Tuhan.
Pada 1998 juga, gereja kami terbakar habis. Kerugiannya mencapai miliaran rupiah. Seluruh jemaat bersatu berdoa dan berpuasa. Hasilnya, 2 tahun kemudian, gereja kami telah memiliki tempat berbakti yang sangat nyaman dan indah. Jauh lebih baik dari tempat sebelumnya. Sepuluh tahun kemudian, gereja kami telah memiliki tempat berbakti lebih baru lagi, bahkan jauh lebih nyaman dan lebih indah. Puji Tuhan.

Berseru kepada TUHAN
Krisis bisa terjadi sewaktu-waktu, menerpa individu, keluarga, kelompok masyarakat, bangsa, bahkan dunia pada umumnya. Alkitab pun mencatat ada banyak krisis yang terjadi. Murid Tuhan mengalami banyak krisis. Sebagai contoh, ketika perahu mereka terperangkap di tengah badai besar. Saat mereka mencoba dengan kekuatan sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan, krisis semakin menjadi-jadi. Namun, ketika mereka berseru minta tolong kepada Tuhan (yang sebelumnya dibiarkan “tertidur” di buritan perahu), maka Tuhan segera menolong. Badai reda, krisis pun berlalu. Iman mereka semakin dikuatkan.
Alkitab juga mencatat, bahwa apa pun bentuk dan penyebab krisis, asalkan umat Tuhan berseru minta tolong kepada Tuhan, dan beriman atas pertolongan- Nya, Tuhan akan menolong umat-Nya. Ayub, Daud, Abraham, dan masih banyak tokoh lain dalam Alkitab pernah mengalami krisis, namun setelah melalui krisis mendapat berkat yang luar biasa. “...Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu ...” (Ayub 42:12a).
Bangsa Israel mengalami banyak krisis. Ketika akan memasuki Tanah Perjanjian, Israel mengirim 12 mata-mata. Sekembalinya dari tugas, 10 orang mata-mata stres berat dan melaporkan bahwa bangsa yang mendiami Tanah Perjanjian sangat besar dan perkasa, tak mungkin dikalahkan. Mereka berfokus kepada krisis dan hambatan.
Sebaliknya, 2 mata-mata yaitu Yosua dan Kaleb justru melihat subur dan indahnya Tanah Perjanjian, sambil tetap berpegang kepada janji Tuhan, sehingga mereka optimis. Mereka berfokus kepada peluang dan beriman kepada Tuhan.

Pada kuartal terakhir tahun 2008, dunia memasuki krisis ekonomi yang sangat parah. Akibatnya, telah terjadi kerugian bernilai triliunan dolar AS (setara dengan puluhan ribu triliun rupiah). Perekonomian Indonesia pun tidak luput dari imbas krisis. Mengacu pada pelajaran tentang krisis di Alkitab dan krisis yang terjadi 10 tahun lalu, seharusnya solusinya sudah jelas. Umat Tuhan perlu tetap bersatu berdoa, berpuasa, dan beriman kepada pertolongan Tuhan, serta berfokus pada peluang atau kesempatan yang dianugerahkan Tuhan.

Selamat menjalani tahun 2009 dengan penuh penuh optimisme dan berfokus pada peluang di balik krisis. Badai pasti berlalu. Tuhan memberkati bangsa Indonesia.

Puji Tuhan. Salam WISDOM!

0 comments:

Post a Comment