Tuesday, September 6, 2011

Anggapan kita tentang Roh Kudus perlu diuji

By: Andar Ismail, M.Th, Ph.D.


Tanya: Sejak kapan ada Yesus?
Jawab: Sejak Natal.
Tanya: Sejak kapan ada Roh Kudus?
Jawab: Sejak Pentakosta.


Kedua jawaban itu salah. Tampaknya sepele, tetapi kesalahan itu bisa menjadi penyebab kerancuan paham tentang Roh Kudus dan penyalahgunaan nama Roh Kudus.

Di belakang kesalahan itu, ada anggapan: Mula-mula ada Allah, lalu ada Yesus setelah itu, Roh Kudus. Kejadian menceritakan tentang Allah, Injil menceritakan Yesus dan Kisah Rasul menceritakan Roh Kudus. Dengan anggapan itu, kita telah memisahkan Roh Kudus dari Yesus dan Yesus dari Allah. Itu akar kesalahannya.

Yesus bukan baru ada sejak Natal, melainkan sejak penciptaan. Kalimat pertama Injil Yohanes berbunyi, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita...” (Yoh. 1:1 & 14). Niceanum (rumusan tahun 325—451) menegaskan, “Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal, yang lahir dari sang Bapa sebelum ada segala zaman...”Roh Kudus bukan baru ada sejak Pentakosta, melainkan sebelum penciptaan. Kalimat pertama Kejadian berbunyi, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kej. 1:1-2). Niceanum merumuskan, “Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan...”

Kita keliru jika menganggap Natal dan Pentakosta sebagai urutan kronologi. Athanasium (rumusan abad ke- 6—abad ke-8) menegaskan, “Dalam ketritunggalan ini tidak ada yang lebih dahulu, atau yang lebih kemudian, tidak ada yang lebih tinggi atau yang lebih rendah...”

Salah anggapan itu mungkin karena kita terjebak pada kronologi yang dibuat Lukas dan Kisah Rasul 2:1-13. Ia menghubungkan manifestasi Roh Kudus dengan hari raya panen Yahudi bernama Pentakosta, 50 hari setelah kebangkitan Yesus.

Yohanes tidak membuat selang waktu seperti itu. Ia menghubungkan manifestasi Roh Kudus dengan kebangkitan Yesus pada penampakan di depan para rasul. “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22)

Paulus tidak menghubungkan Roh Kudus dengan Pentakosta, melainkan langsung dengan penderitaan dan kebangkitan Yesus, di mana Dia dipermuliakan, sehingga kita juga ikut dipermuliakan (bdg. Rm. 8:14,17). Tema perikop ini (ay. 1-17) adalah kehidupan baru yang diberikan kepada kita sebagai buah Roh Allah dan Roh Yesus pada penyaliban dan kebangkitan-Nya. Di Surat lain, Paulus menunjukkan Roh Kudus sebagai Roh Yesus yang bermanifestasi pada kematian dan kebangkitan-Nya.

Pegangan apa yang hendak dikemukakan? Roh Kudus tidak boleh dipisahkan dari Yesus. Lukas tidak memisahkan Roh Kudus dari Yesus, meskipun ia membuat selang waktu antara Paskah dan Pentakosta. Dalam pasal yang sama, ia menggarisbawahi khotbah Petrus tentang kaitan Roh Kudus dengan Yesus yang “ditinggikan” melalui kebangkitan-Nya (Kis. 2 terutama ay. 24, 32, 33 & 36).

Memahami Roh Kudus di luar kemampuan kita. Karena itu, kita diberi pegangan kaitan Roh Kudus dan Roh Yesus. Niceanum merumuskan, “Aku percaya kepada Roh Kudus... yang keluar dari sang Bapa dan sang Putra.” Implikasinya, anggapan kita tentang Roh Kudus perlu diuji & diukur dengan diri Yesus, yakni pikiran, perkataan dan perbuatan semasa hidup-Nya.

Jika kita merasa dipimpin Roh ketika berdoa semalam suntuk minta berhasil dan sukses, ujilah dengan bertanya, “Seandainya Yesus berada di ruangan ini, apakah Dia akan berdoa seperti begini, minta sukses ini dan itu?”

Jika kita merasa persidangan gereja kita dipimpin Roh, ujilah dengan bertanya, “Apakah penilaian Yesus tentang kinerjaku ini?” Kita bilang penyerahan, tetapi Roh Kudus bilang ini kemalasan. Kita bilang nggak punya waktu, tetapi Kristus bilang ini nggak becus ngatur waktu.

Betapa gampang kita merasa benar dan berada di pihak yang benar karena menganggap diri dipimpin oleh Roh. Roh siapa? Jangan-jangan itu Roh yang kita pisahkan dari Yesus. Jangan-jangan itu roh kita sendiri.

Sumber: Majalah Bahana, Juli 2008

0 comments:

Post a Comment